Serangan Hama Keong Mengganas, Puluhan Hektare Tanaman Padi Meranggas | Bali Tribune
Diposting : 27 December 2017 17:35
Putu Agus Mahendra - Bali Tribune
sawah
KEONG – Seorang petani memperlihatkan keong yang mengancam sawahnya.

BALI TRIBUNE - Tingginya curah hujan belakangan ini membuat petani di Jembrana kalang kabut oleh serangan hama yang mengancam kelangsungan tanam dan panen padi. Seperti yang dialami oleh petani krama Subak Pangkung Gondang, Jembrana, yang dibuat ketar-ketir oleh serangan hama keong emas.

Serangan hama keong berwarna kuning ini membuat lebih dari 80 hektare sawah berisi tanaman padi di subak yang mewilayahi dua desa ini kini meranggas. Bahkan, hama keong telah menyerang tanaman padi di kawasan persawahan Desa Dangintukadaya dan Kelurahan Sangkaragung ini sejak dimulainya penanaman bibit (pengewiwit) sekitar 11 hari lalu.

 Serangan binatang perairan yang juga dikenal dengan istilah siput murbei (Pomacea sp) ini kian mengganas seiring curah hujan yang tinggi dan diikuti debit air di persawahan yang meningkat. Hama keong emas ini memakan batang tanaman padi yang baru saja ditanam hingga bagian batang padi putus.

Salah seorang petani krama Subak pangkung Gondang, Nyoman Suarnen asal Kelurahan Sangkaragung, ditemui Selasa (26/12), mengaku hama keong ini beraksi dan menyerang tanaman padi saat malam hari.

“Siang keongnya tidak kelihatan karena sembunyi ke dalam lumpur, malam harinya baru keluar memakan batang-batang padi yang baru ditanam,” ungkapnya.

Ia mengaku seluruh petakan sawah garapannya seluas 50 are yang berisi tanaman padi berumur kurang dari dua pekan tidak ada yang luput dari serangan hama keong.

Menurutnya, para petani di subak setempat bahkan kewalahan untuk menanggulangi hama keong ini. Selain memungut keong yang muncul ke permukaan, para petani krama subak juga sempat mengganti tanaman padi yang mati hingga dua kali melakukan penanaman ulang bibit padi.

“Waktu pertama keong  menyerang  terjadi   di penanaman bibit pertama, sehabis  bibit  ditanam, besoknya  dilihat ke sawah didapati  banyak  tanaman  padi yang batangnya  putus-putus,  setelah diamati ternyata memang dimakan keong,” tuturnya.

Menurutnya, langkah untuk menanggulangi yakni dengan cara memungut keong secara langsung dan dengan melakukan penyemprotan pestisida. Cara memunguti satu per satu, diakui sedikit mengurangi   padi yang dimakan, hanya saja sulit dilakukan secara manual karena hama keong sedikit yang nampak di permukaan saat siang hari lantaran masuk ke dalam lumpur.

Begitupula keong akan mati apabila disemprot dengan pembasmi keong tetapi cangkangnya yang sulit hancur tertanam di lumpur akan  membahayakan seperti bisa melukai kaki terlebih untuk beberapa bulan ke depan tanaman padi masih perlu perawatan seperti pemupukan maupun penyiangan untuk pembersihan gulma.

Begitupula yang diakui krama subak Pangkung Gondang lainnya, Ketut Normen yang Selasa kemarin melakukan penggantian tanaman padinya yang meranggas termakan hama keong dengan bibit pengganti. Ia mengaku petani padi kini merasa khawatir dengan adanya serangan hama keong.

Pengeluaran petani kini juga semakin bertambah karena setiap harinya harus membeli pembasmi hama keong namun tidak membuahkan hasil maksimal. Setiap hari tanaman keong semakin banyak bertebaran di lahan sawahnya seluas 50 are itu.

Menurutnya, memasuki hari ke-14, keong menyerang ke seluruh petak sawah silih berganti sehingga penggantian tanaman padi yang meranggas dengan bibit baru juga dirasakan tidak maksimal. Serangan hama ini juga diakuinya terjadi hampir disemua petak sawah diareal subak yang luasnya mencapai  luasan  80 hektare.