Siswi SMP Dikeroyok Gara-gara Asmara di Facebook | Bali Tribune
Diposting : 10 April 2019 14:51
izarman - Bali Tribune
Bali Tribune/Ketua Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD) Kalimantan Barat, Eka Nurhayati Ishak

balitribune.co.id | Pontianak — Tiga siswi sekolah menengah atas (SMA) nekat mengeroyok seorang siswi sekolah menengah pertama (SMP) di Kalimantan Barat (Kalbar) hanya karena komentar di facebook. Akibatnya, korban dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan di bagian kepala dan dada di Unit Radiologi Rumah Sakit Mitra Medika, Senin (8/4/2019). 

Menurut Wakil Ketua Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Kalbar Tumbur Manalu, pengeroyokan tersebut dilakukan sejumlah siswi SMA, Jumat (29/3/2019). "Kejadiannya sepekan lalu, Jumat (29/3/2019), tetapi baru dilaporkan kepada orangtuanya, Jumat (5/4/2019) dan ada pengaduan ke Polsek Pontianak Selatan. Kemudian kami dari KPAD langsung menerima pengaduan," kata Manalu.

Seperti dikutip dari Tribunnews, Manalu menjelaskan, pemicu pengeroyokan tersebut adalah masalah asmara antara kakak sepupu korban dan salah satu pelaku pengeroyokan. Saat itu korban turut berkomentar di laman Facebook kakak sepupunya. Namun, komentarnya dianggap menyinggung salah satu pelaku.

"Permasalahan awal karena masalah cowok. Menurut info, kakak sepupu korban merupakan mantan pacar dari pelaku penganiayaan ini. Di media sosial mereka saling komentar sehingga pelaku menjemput korban karena kesal terhadap komentar itu," katanya.

Para pelaku diketahui nekat menjemput korban di rumahnya dan berdalih untuk diajak ngobrol. Korban pun diajak ke Jalan Sulawesi dan Taman Akcaya. Berdasarkan keterangan korban, di dua lokasi tersebut para pelaku melakukan tindak kekerasan. 

Sementara itu, pihak Polresta Pontianak mengaku telah menerima laporan dan langsung meresponsnya dengan memanggil para saksi dan orangtua korban. "Kami sudah panggil orangtua korban," kata Kanit PPA Polresta Pontianak Iptu Inayatun Nurhasanah.

Selain itu, Walikota Pontianak Edi Rusdi Kamtono meminta pihak kepolisian dan Dinas Pendidikan Pontianak untuk menuntaskan kasus tersebut. Harapan yang sama juga disampaikan sejumlah tokoh pendidikan dan politik karena kasus itu mencoreng dunia Pendidikan Indonesia.