Subak Payal Tiga Tahun Kekeringan, Sekda Baru Garap Kajian | Bali Tribune
Diposting : 29 March 2018 17:56
Redaksi - Bali Tribune
irigasi
KEBOCORAN - Air Terjun Kanto Lampo, salah satu titik kebocoran irigasi Subak Payal, Tegal Tugu.
BALI TRIBUNE - Kekeringan yang melanda 280 hektar lahan persawahan di Subak Payal, Tegal Tugu, Gianyar, akibat kebocoran saluran irigasi dan salah satu kebocorannya kini dimanfaatkan untuk objek wisata air terjun, membuat Pemkab Gianyar harus putar otak. Terlebih, permasalahan ini sudah terkatung-katung selama tiga tahun dan nyaris tenpa solusi dan 300 petani menjadfi korbannya.  
 
Menghindari api dalam sekam menjadi besar, Pemkab Gianyar memulai langkah dengan membuat kajian. Petani di Tegal Tugu ingin mengadu, setelah 2,5 tahun menderita paceklik  lantaran kekeringan. Hingga di gedung dewan, para petani dengan sabar menunggu penerimaan  dari pimpinan DPRD Gianyar beserta pimpinan OPD terkait.
 
Sekda Gianyar, Made Gede Wisnu Wijaya, Rabu (27/3), mengungkapkan jika pihaknya sudah ada pertemuan dengan instansi terkait dan membahas persoalan itu.  Dirinya pun sudah memerintahkan Dinas Pertanian untuk membuat kajian yang matang, terkait kebutuhan air irigasi untuk subak Tegal Tugu tersebut. Dipaparkannya, dengan luas subak yang ada di Tegal Tugu, berapa debit air yang sesungguhnya dibutuhkan. “Kajian ini mesti dibuat Dinas Pertanian, kalau tidak bisa buat kajian, undang saja Tim Ahli,” terang Wisnu Wijaya. Hal ini juga dibandingkan dengan debit air irigasi yang ada saat ini.
 
Harapannya, petani di Tegal Tugu bisa kembali menikmati masa bercocok tanam padi sekali dalam setahun dan kalau memungkinkan dua kali dalam setahun.  Karena diakuinya, kondisi ini sangat berpengaruh pada kesejahteraan petani dan ketahanan pangan. Terlebih pula, akan berpotensi memicu alih fungsi lahan ke depannya.
Demkian pula kepada Dinas PU Gianyar, Sekda Gianyar mengkau sudah meminta untuk menginventarisir tingkat kebocoran pada saluran irigasi yang mengarah ke Subak Tegal Tugu. Dari inventarisasi itu, akan ketahuan berapa debit air yang terbuang dan berapa debit air yang bisa diselamatkan. Dengan inventarisasi itu, menurutnya akan keluar angka berapa biaya normalisasi saluran irigasi tersebut.
 
Sedangkan terkait air terjun Kertelampo yang berlokasi di Desa Beng, Sekda Wisnu Wijaya juga menyebutkan akan mengkaji terkait debit air yang dibutuhkan untuk penunjang pariwisata tersebut. Disebutnya volume air untuk air terjun Kanto Lampo, kemungkinan bisa diperkecil agar lebih banyak ke saluran irigasi.  Dirinya yakin, akan  ada solusi, dari beberapa opsi yang akan pertimbangkan. “Yang jelas kami akan melihat kepentingan yang lebih banyak, khususnya untuk kesejahteraan,” pungkasnya.
 
Sebelumnya, disebutkan sekitar 280 hektar lahan di Subak Payal,Tegal Tugu mengalami krisis air irigasi. Sehingga sekitar 300 petani disana, hanya bisa menanam padi sekali dalam dua tahun dan bahkan ada yang sengaja ditelantarkan atau ditanami komoditas lain. Persoalan ini juga sudah pernah dibahas beberapa kali di Pemkab Gianyar dank e DPRD Gianyar, namun sampai saat ini belum ada penyelesaian, sehingga petani bisa bercocok tanam dengan normal.