Taman Rekreasi Tingkatkan Standard Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus | Bali Tribune
Diposting : 4 April 2019 23:59
Ayu Eka Agustini - Bali Tribune
Bali Tribune/ AUTISME - Kegiatan mewarnai hindari kejenuhan anak-anak autisme saat berwisata di taman rekreasi
balitribune.co.id | Denpasar - Pengelola taman rekreasi berupaya meningkatkan standard pelayanan bagi anak-anak berkebutuhan khusus seperti autisme. Hal ini dilakukan, mengingat tidak semua pengunjung di taman rekreasi dalam kondisi normal. Meskipun anak-anak yang berkunjung biasanya didampingi orang tuanya, namun pengelola taman rekreasi tetap memandang perlu tata cara dalam memberikan pelayanan kepada pengunjung yang berkebutuhan khusus. 
 
Senior Manager Operasional salah satu taman rekreasi di Kabupaten Tabanan, Dicky Prasetyo mengatakan bahwa pihaknya berupaya untuk selalu siap melayani siapapun yang datang berwisata ke tempat ini, termasuk serombongan anak-anak penyandang autisme. Sebagai sebuah bentuk pengenalan secara lebih dekat, sehingga standard pelayanan terhadap anak-anak penyandang autisme khususnya dapat terpenuhi ketika mereka melakukan aktivitas wisata. 
 
Menurutnya, tempat wisata ini terbuka untuk menyambut dan melayani setiap kunjungan. "Bertepatan dengan hari peduli autisme sedunia kami menambah pengetahuan yang lebih spesifik terutama dalam melayani anak-anak penyandang autisme," katanya, Selasa (2/4).
 
Hal ini akan menjadi pengetahuan yang sangat berharga untuk diterapkan dalam keseharian melayani pengunjung dengan beragam karakter. "Tempat kami adalah sebuah recreation park yang memiliki semangat sharing knowledge berlatarbelakang sejarah warisan kebudayaan yang selalu siap menyambut setiap keluarga yang datang berekreasi ke tempat ini," ujar Dicky. 
 
Sementara itu Ketua Yayasan Bali Permata Hati, I Gusti Agung Ayu Dwi kepada pegawai tempat rekreasi tersebut memberikan materi mengenai apa itu autisme dan bagaimana cara berinteraksi 
 
dengan mereka. Pihaknya menjelaskan mengenai pengetahuan mendasar ciri atau gejala autisme, cara penanganan anak autisme, hingga ke trik-trik menghadapi anak berkebutuhan khusus ini, baik secara interaksi fisik dan psikologi. 
 
"Saya mengapresiasi tempat wisata seperti ini menyediakan ruangan-ruangan yang layak untuk digunakan sebagai tempat tantrum healing bagi anak-anak dengan autisme saat tiba-tiba mereka merasakan ketidaknyamanan terhadap suasana di tempat publik," ucapnya. 
 
Dikatakan Dwi pengetahuan tentang autisme dan pemahaman terhadap karakter anak-anak penyandang autisme masih sangat perlu untuk disosialisasikan secara lebih luas.
 
Eugene Kwan, Creative Marketing Manager SGV Group mengatakan, ketidakpahaman mengenai autisme potensial membawa terciptanya sebuah kondisi 
 
diskriminasi, seringkali ini tidak secara tendensius dilakukan. Namun semata hanya karena reaksi dan persepsi yang berbeda. Sebagai destinasi ikonik di Pulau Bali yang berlatar belakang konsep edu-vacation, pihaknya terus berupaya meningkatkan mutu dan standard layanan bagi setiap pengunjung.
 
"Kami sediakan fasilitas untuk anak-anak autisme. Mereka tampak antusias melakukan kegiatan fun-educational yang kami rancang dengan melakukan art activity, yaitu mewarnai gerabah berbentuk karakter favorit," imbuhnya.