Terowongan Air Alami Pendangkalan, Ratusan Hektar Sawah Terancam Kekeringan | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 29 Maret 2024
Diposting : 10 July 2018 15:10
Agung Samudra - Bali Tribune
PENDANGKALAN - Kondisi terowongan di DAM Sidembunut alami pendangkalan pasca kunci pintu air dirusak.
BALI TRIBUNE - Pasca diterjang banjir bandang, petugas di bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum Bangli menutup aliran air menuju terowongan air dengan cara menggembok pintu air di DAM Tamansari, Lingkungan /Banjar Sidembunut, Kelurahan, Cempaga, Bangli, untuk menghindari terowongan mengalami pendangkalan akibat endapan lumpur yang terbawa air.
 
Namun kenyataan gembok pintu air dirusak dan akhirnya air bercampur lumpur masuk ke terowongan air. Akibatnya kini terowongan mengalamii pendangkalan dan air tidak bisa mengalir ke subak. ”Karena mengalami pendangkalan terowongan air yang memilki ketinggian 180 cm  dan kini tingginya hanya 30 cm,” ujar Kasi SDA, Dinas PU Bangli,IB Adnyana, saat melihat kondisi penangkap air yang penuh material lumpur berupa pasir dan tanah, Senin (9/7).
 
Kondisi terowongan yang mengalami pendangkalan otomatis air tidak bisa lagi mengaliri ke jaringan irigasi dan terbuang percuma. Justru yang ditakutkan terowongan air bisa ambrol karena tidak bisa menahan beban air. “Kami khawatir nantinya kalau sampai terowongan air ambrol, kalau samapi ambrol otomatis subak tidak akan mendapatkan air dalam waktu lama,” sebut IB Adnyana didampingi Klian Subak Gde Sidembunut, Jro Mangku Duwungan. IB Adnyana mengaku tidak tahu oknum yang merusak  kunci gembok dan  pintu air diputar sehingga air masuk kedalam terowongan.
 
Menyikapi masalah tersebut tentu harus dilakukan pengerukan, dan memang waktu yang dibutuhkan cukup lama. “Terowongan pajang 800 meter, sekitar 500 meter tertutup endapan pasir dan tanah. Nantinya akan dilakukan pengerukan secara estafet. Kami akan bersihkan disaluran penangkap air, kemudian dilanjutkan di terowongan, petugas nantinya akan dibagi, akan ada pengerukan dihilir,” terangnya.
 
Lanjut IB Adnyana, untuk pengerukan di terowongan maskimal 5 orang, sehingga butuh waktu cukup lama. Selain itu kondisi endapan juga mempengaruhi, bila terlalu tebal, sudah pasti perlu waktu lebih lama. “Paling tidak perlu waktu seminggu. Kami berharap para petani bisa mengerti kondisi ini. Kami berupaya sesegara mungkin bisa diselesaikan,” ungkapnya. Disinggung masalah anggaran IB Adnyana mengatakan masih dikoordinasikan, mengingat di PU tidak ada anggaran rutin.
 
Klian Gde Subak Sidembunut Jro Mangku Duwungan mengatakan nantinya akan menyampikan kondisi riel yang terjadi dilapangan melalui klian subak tempek. Subak Gde Sidembunut menaungi subak tempek Tegalalang, Munggu, Palak, Anyar dan sidembunut. “Nanti akan kami sampaikan kondisi dilapangan lewat klian tempek dan kemudian disampaikan keanggotanya agar tidak ada suara-suara sumbang yang menyesatkan,” ujar klian asal Banjar Griya, Kelurahan Kawan, Bangli ini.
 
Disinggung pengerukan nantinya akan dibebankan kepada subak? Kata Mangku Duwungan, masalah itu nanti akan dirapatkan. “Harapan kami ada subsidi dari pemerintah untuk biaya pengerukanya,” harap Jro Mangku Duwungan.