Timbunan Sampah TPA Peh Timbulkan Letupan Gas | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 29 Maret 2024
Diposting : 16 January 2018 23:18
Putu Agus Mahendra - Bali Tribune
TPA
LETUPAN GAS – Kondisi letupan gas yang muncul di areal perluasan TPA Peh, Kaliakah.

BALI TRIBUNE - Warga Jembrana belakangan ini dibuat heboh dengan menyebarnya video munculnya gas di areal tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Banjar Peh, Desa Kaliakah, Negara. Dari pantauan di lokasi, Senin (15/1), memang munculnya gas itu seperti pada video rekaman warga sekitar TPA yang menyebar melalui sejumlah akun medsos.

Di lokasi terdengar suara berdesis dari retakan-retakan tanah layaknya tabung gas LPG yang bocor. Gelembung semburan gas tampak jelas pada puluhan cekungan tanah berlumpur yang masih tergenang air hujan. Berbeda dengan sejumlah pekerja dan pemulung di TPA Peh, munculnya gas berbau menyengat ini tidak mempengaruhi aktiftas mereka di sekitar lokasi, begitupula sejumlah anak-anak yang mengetahui video tersebut langsung datang menerombos lumpur dan bau menyengat untuk melihat secara langsung munculnya gas tersebut.

Salah seorang operator eskavator TPA Peh, I Ketut Daton (58) asal Kaliakah, Negara menyatakan munculnya gas di areal perluasan TPA tersebut sejak Senin (11/12) saat dilakukan pengurugan kubangan sampah. “Ini proyek perluasan TPA, untuk mengurangi ketinggian, sampah yang sudah tertimbun beberapa tahun ditimbun lagi di kubangan yang dibuat rekanan. Setelah kubangan sampah itu diurug keluarlah gas ini,” jelas PNS Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jembrana ini.

Namun ia tidak mengetahui secara pasti jenis gas yang muncul di lokasi itu. “Yang jelas itu keluarnya dari sampah di bawah dan baunya menyengat, padahal juga sudah diisi rangkaian pipa. Kalau tidak ada airnya hanya suaranya saja, ini karena berlumpur jadi bergelembung. Ini pertamakali sejak 1994 saya tugas disini. Sampah ini kan masekeb,” jelasnya.

Sementara itu, Pelaksana Proyek Perluasan TPA Peh, Wayan Tuiana (38) asal Lingkungan Dewasana, Keluarhan Pendem, Jembrana menyatakan gas sampah menyengat tersebut muncul di areal urugan seluasa 65,8 meter X 28,15 meter sejak proses pengurugan kubangan berisi sampah dengan kedalaman 4,78 meter. “Proyek mulai 23 November, setelah dilakukan pengurugan kubangan yang kami buat penuh sampah dengan ketinggian 1 meter di atas tanah, baru separuhnya diurug sudah muncul gas ini. Ketebalan tanah urugan 50 cm,” papar karyawan CV Agung Persada ini.

Munculnya gas ini memang sudah diketahuinya sebelum pelaksanaan proyek. “Memang dari perencanaan sudah diketahui akan ada gas dari sampah yang ditimbun ini, makanya dipasang rangkaian pipa di bagian bawah timbunan sampah. Ini tidak seperti yang di Porong, Sidoarjo,” jelasnya.

Pelaksana proyek lainnya, Putu Ardika (33) asal Kaliakah, Negara menyatakan munculnya gas yang disebutnya gas metana ini akibat dari proses permentasi sampah. “Di bagian bawahnya isi lapisan geo membrane setebal 5 mm yang kedap air, sedangkan di atasnya ditimbun tanah, jelas panas,” jelasnya.

Bahkan ia membuktikan gas tersebut mudah tersulut api. Apabila terlalu lama berada di lokasi tanpa masker dipastikan akan lemas dan pusing, namun gas ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif. “Sebenarnya tinggal disambung dengan pipa, dibuatkan penampungan dan disalurkan ke perumahan,” ungkapnya.

Menurutnya, TPA bisa jadi sarana edukasi, sejak video rekaman warga itu viral ia mengaku banyak anak-anak sekolah yang datang melakukan pengamatan di lokasi. “Ini bukan gas alam, tapi gas metan dari sampah yang tertimbun,” jelasnya.

Dikonfrimasi terpisah, Kepala DLH Kabupaten Jembrana I Ketut Kariadi Erawan mengatakan pihaknya sudah mengecek munculnya gas itu dan menurutnya merupakan hal biasa yang terjadi di TPA. “Gas metan itu muncul dari proses permentasi sampah. Timbunan sampah mengeluarkan panas lalu kena hujan terjadi proses fermentasi yang dibantu bakteri dan jamur,” jelasnya.

Ia mengaku ini merupakan yang pertamakali karena perluasan TPA kali ini di bagian bawahnya baru menggunakan lapisan geo membrane kedap air sehingga tidak ada yang meresap ke tanah sehingga gas metan seluruhnya mengalir ke atas melalui celah-celah tanah urugan. Kendati gas itu tidak berbahaya namun SOP pekerja di TPA Peh harus memakai masker termasuk komunitas pemulung binaan yang beraktifitas di lokasi. Ia berharap gas itu bisa segera dimanfaatkan. “Itu peluang ekonomis. Akan kami kaji untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif,” tandas mantan Camat Negara ini.