Tinggi Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak di Badung | Bali Tribune
Diposting : 28 February 2018 08:04
I Made Darna - Bali Tribune
Pemberdayaan
Ilustrasi Kekerasan Perempuan dan anak.

BALI TRIBUNE - Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak makin meningkat di wilayah hukum Kabuoaten Badung. Persoalan inipun menjadi atensi khusus Pemkab Badung.
Salah satu kasus teranyar adanya penemuan bayi di sebuah tempat sampah di Pasar Desa Buduk.

Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2KBP3A) Badung mencatatat di awal tahun 2017 saja sudah ada enam kasus yang menimpa perempuan dan anak di wilayah Badung.
Berdasarkan data yang dihimpun, kasus kekerasan di Kabupaten Badung pada tahun 2014 ada 67 kasus, 2015 menurun menjadi 60 kasus, 2016 naik menjadi 74, dan 2017 kembali menurun menjadi 44. Sementara, pada tahun 2018 hingga 27 Februari tercatat enam kasus. Kasus kekerasan dominan menimpa perempuan dan anak.

Seperti pada tahun 2017 lalu, dari 44 kasus, korbannya 15 perempuan dan 29 anak. Sementara, pada 2018, korbannya dua perempuan, satu laki-laki, dan lima anak.

Kadis P2KBP3A Kabupaten Badung, Putu Rianingsih, Selasa (27/2) menyatakan, pihaknya selama ini sudah berusaha menyosialisasikan pencegahan kekerasan perempuan dan anak. Namun demikian, kasus kekerasan masih terjadi, meski jumlahnya fluktuatif.

Di samping itu, pihaknya tak hanya menangani kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang berasal dari Badung, namun juga penduduk pendatang yang tinggal di Badung. “Kami tak hanya kasus masyarakat Badung, tapi juga bisa penduduk pendatang yang tinggal di Badung, karena penduduk banyak dan heterogen. Semakin padat penduduk itu, jumlah kasus makin banyak,” ujarnya.

Sebagian besar kasus kekerasan dipicu permasalahan sosial. Namun yang menjadi korbannya kebanyakan adalah perempuan dan anak. “Penyebab kekerasan kebanyakan dipicu permasalahan sosial, tapi korbannya kebanyakan perempuan dan anak,” kata Rianingsih.

Disinggung kasus dugaan pembunuhan tiga anak oleh ibunya asal Banjar Sandakan, Petang, Rianingsih mengaku sangat menyayangkan kejadian itu. Ia pun berharap kasus serupa tidak terulang kembali. “Kejadian itu sangat kami sayangkan, kami harap kejadian-kejadian seperti itu tidak terulang kembali,” jelasnya.

Ia pun menyarankan kalau terjadi kisruh rumah tangga agar diselesaikan secara baik-baik. Ia bahkan menganjurkan agar konsultasi ke pusat pelayan keluarga (Puspaga). Pasalnya, di Puspaga sudah ada tenaga psikolog yang melakukan pelayanan dan membantu mencari jalan keluar. Kalau sudah terjadi kekerasan, ada pusat pelayanan terpadu perlindungan perempuan dan anak (P2TP2A).

“Cuma masalahnya walaupun sudah melakukan sosialisasi dan penanganan, masih saja ada kasus kekerasan,” pungkasnya.