Tradisi Ngerebong Diusulkan Masuk Paket “City Tour” | Bali Tribune
Diposting : 21 November 2017 20:11
I Wayan Sudarsana - Bali Tribune
NGEREBONG
NGEREBONG - Tradisi Ngerebong yang digelar krama Desa Adat Kesiman di Pura Penataran Agung Petilan, Kesiman.

BALI TRIBUNE - Paket Heritage City Tour Denpasar, yang dilaunching Wali Kota Denpasar IB. Rai Dharmawijaya Mantra pada tanggal 29 Maret 2015 lalu, semakin ramai  dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara.

Data Dinas Pariwisata Kota Denpasar menyebut di tahun 2016 terdapat sebanyak 38.347 wisatawan domestik berkunjung ke objek wisata yang masuk ke dalam Heritage City Tour Denpasar. Dari jumlah tersebut sebanyak 16.902 orang merupakan wisatawan mancanegara dan 21.445 orang merupakan wisatawan domestik.

Kini mengemuka usulan agar objek city tour Denpasar diperluas. Bukan saja di dalam kota, namun ditambah dengan beberapa objek dan atraksi tradisional yang menarik untuk dipromosikan kepada wisatawan. Salah satuanya, yakni Pura Agung Petilan dengan tradisi ngerebongnya. Usulan ini disampaikan Ketua DPRD Denpasar yang juga warga Kesiman, I Gusti Ngurah Gede, Senin (20/11).

Menurut tokoh Puri Pemayun Kesiman ini, keberadaan Pura Agung Petilan bisa dijadikan salah satu objek city tour, mengingat selama ini objek city tour hanya ada di dalam kota. “Bisa diperluas, dan menjadikan Pura Petilan yang memiliki tradisi ngerebong setiap piodalan menarik untuk objek wisata city tour,” kata politisi PDI-P ini.

Dikatakan, Pura Petilan dan tradisi ngerebongnya yang merupakan warisan budaya juga telah dilirik Unesco. Karena itu, sangatlah tepat bila Pemkot Denpasar juga menjadikan tradisi ini sebagai salah satu objek wisata paket city tour. "Tradisi ngerebong sangat unik dan perlu mendapat perhatian dari pemerintah dengan memasukkan tradisi itu ke dalam paket city tour,” harapnya.

Seperti diketahui tradisi ngerebong merupakan tradisi yang dilaksanakan Desa Pakraman Kesiman  di Pura Penataran Agung Petilan, Kesiman, yang dilakukan setiap enam bulan sekali tepatnya di redite medangsia.

Saat ngerebong ini, yang lunga (datang-red), yakni pralingga-pralingga yang ada di pura-pura di Desa Pakraman, Kesiman, dan ada juga dari Br. Singgi, Sanur, serta juga kadang-kadang dari Sawangan, Bualu, Nusa Dua.

Saat ngerebong yang paling pokok yaitu upacara mider bhuwana sebanyak tiga kali kearah kiri (balik arah). Mider bhuwana ini untuk mensucikan jagat atau ngerebu gumi (membersihkan tanah atau pertiwi).

Dalam upacara ngerebong ini, di areal Pura Penataran Agung Petilan, Kesiman hingga jalan WR Supratman dekat areal pura juga dihiasi berbagai penjor yang dibuat seka teruna se-Kesiman, di mana penjor yang dipasang tersebut juga dilombakan Desa Pakraman Kesiman. Dalam tradisi ngerebong biasanya diwarnai dengan kerauhan (trance) baik dipralingga berupa rangda, barong dan para pepatih. Bahkan para pepatih yang kerauhan itu, tak hanya laki-laki saja, perempuanpun banyak yang kerauhan. Rangda, barong dan puluhan pepatih yang kerauhan ini, langsung dibawa ke luar dari dalam areal pura.

Mereka mengitari Wantilan Pura Penataran Agung Kesiman ke arah kiri (berlawanan arah jarum jam) yang biasanya dilakukan sebanyak tiga kali. Bahkan dalam kesurupan itu, para pepatih laki-laki melakukan ‘’ngurek’’ (menusukkan keris) tak hanya di dada, bahkan ada di kepala. Tajamnya keris itu, tak sedikitpun mengiris dada para pepatih, padahal mereka ini menusukkan keris dengan sekuat tenaga.