Wabup Suiasa Tutup Festival Seni Budaya Adat Kuta ke-VIII | Bali Tribune
Diposting : 23 March 2018 12:18
I Made Darna - Bali Tribune
Wabup Suiasa secara resmi menutup Festival Seni Budaya Adat Kuta ke-VIII, yang berlangsung di Jaba Pura Segara Desa Adat Kuta, Minggu (18/3) lalu.
BALI TRIBUNE - Wakil Bupati Badung, I Ketut Suiasa, Minggu (18/3) lalu secara resmi menutup Festival Seni Budaya Adat Kuta ke-VIII, yang berlangsung di Jaba Pura Segara Desa Adat Kuta. Dimana festival budaya tersebut selalu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke Kuta, dikarenakan daya tarik pawai ogoh-ogoh, lomba bleganjur dan pemilihan jegeg bungan desa adat Kuta, serta aneka hiburan dan kuliner yang berada di area pantai Kuta, yang selalu memanjakan wisatawan dan masyarakat.
 
Dalam kesempatan tersebut Wabup Suiasa hadir didampingi oleh Istri Nyonya Kristiani Suiasa. Mereka disambut oleh anggota DPRD Badung Dapil Kuta, I Gusti Anom Gumanti dan Luh de Sri Mediastuti, Sekcam Kuta I Made Gede Artha, Bendesa adat Kuta I Wayan Suarsa dan Lurah Kuta Wayan Daryana.
 
Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Ketua LPM Kuta Anak Agung Gede Agung serta Kepala Lingkungan Se-Desa Adat Kuta.
 
Dalam malam penutupan Festival Seni Budaya Adat Kuta VIII tersebut, para undnagan dihibur dengan penampilan Parade Gong Kebyar Anak-Anak, serta Grand Final Pemilihan Jegeg Bungan Desa Adat Kuta tahun 2018, serta pengumuman pemenang Lomba Ogoh-Ogoh dan fragmen tari. Kendati tidak penuh mengikuti acara, Wabup Suiasa kembali memberikan apresiasinya, sekaligus memberikan dana punia sebesar Rp 50 juta, untuk mendukung Festival Seni Budaya Adat Kuta tersebut. 
 
"Atas nama Pemerintah Kabupaten Badung, saya merasa bangga dan mengapresiasi upaya dari masyarakat Desa Adat Kuta yang sudah melaksanakan Festival Seni Budaya Desa Adat Kuta dengan baik,"ujarnya.
 
Dipaparkannya, dalam Festival Seni Budaya Desa Adat Kuta yang telah dilaksanakan 8 tahun terkahir ini, sangat jelas dan tegas konsepsi dasar filosofi dan semangat yang terkandung dalamnya. Hal itu tiada lain adalah wujud semangat dan upaya masyarakat, dalam melestarikan dan memberdayakan budaya, seni, tradisi dan agama di Bali dan khususnya di Desa Adat Kuta. 
 
"Kami harapkan kegiatan seperti Festival Seni Budaya Kuta ini bisa dilaksanakan secara terus-menerus dan menjadi komitmen bagi masyarakat Kuta. Event seperti ini selayaknya terus dilaksanakan dan tidak hanya berhenti sampai disini. Akan lebih baik jika selalu ada festival-festival seni budaya selanjutnya, sebagai upaya pelestarian, wadah berkreasi dan daya tarik bagi wisatawan," pungkasnya.
 
 
Sementara I Gusti Anom Gumanti selaku tokoh masyarakat Kuta mengaku mengapresiasi atas penyelenggaran Festival Seni Budaya Desa Adat Kuta ke-VIII. Dimana kemasan tampilan tahun ini cukup apik, memberikan warna baru, pengalaman baru dan unsur universal. Baik kepada masyarakat, wisatawan, utamanya bagi generasi muda di Kuta. 
 
Pasalnya kehadiran pemenang lomba gong kebyar anak-anak tahun lalu dari kabupaten Gianyar, 'mebarung' dengan seke gong anak-anak di Kuta. "Vibrasi positif ini tentu sangat baik dan bermanfaat bagi pemuda kita di Kuta. Sebab kita bisa saling adu keterampilan, saling mengasah keterampilan, sekaligus menjadi masukan kedepannya terkait apa yang masih perlu disempurnakan,"terangnya.
 
Disisi lain pihaknya juga mengapresiasi pengurus desa adat Kuta, yang terus menggeliatkan Festival Seni Budaya Desa Adat Kuta. Hal tersebut merupakan wujud keberhasilan desa adat Kuta dalam mengimplementasikan program PPNSB yang dicanangkan pasangan GiriAsa, yaitu poin ke-4 terkait upaya pelestarian seni, adat dan budaya. 
 
Terlebih Wabup Suiasa diterangkannya siap mendukung secara moral dan materiil pelaksanan tersebut kedepannya, jika memang pihak desa adat terus berkomitmen dan bersemangat melaksanakan kegiatan tersebut. "Seni dan budaya ini harus tetap eksis di Kuta. Karena itu pembinaan  dan saling adu pengalaman melalui mebarung ini harus terus dilaksanakan,"tegasnya.
 
Kendati sudah baik dalam pelaksanaannya, namun untuk penyempurnaan tentu kedepannya pelaksanaan tersebut harus terus evaluasi dan diperbaiki. Utamanya terkait waktu pelaksanaannya, sehingga dalam kegiatan tersebut tidak sampai lewat dari tengah malam dan perlu ruang khusus yang lebih besar lagi. 
 
"Menurut saya ini rentang waktunya perlu diatur, tidak sekalian lah ada event. Pembagian waktunya ini perlu diatur secara jelas, sehingga tidak sampai larut malam. Kedepan kita juga harap stake holder seperti hotel yang ada di Kuta bisa ikut terlibat, utamanya untuk menonton acara ini. Karena itulah diperlukan ruang yang lebih representatif untuk menampilkan itu, dan itu tentu akan menjadi daya tarik bagi Kuta. Apalagi jika pelaksanaan tersebut diatur rentang waktunya lebih panjang," imbuhnya.