Workshop, Disbud Tanamkan Pemahaman akan Sate Renteng dan Banten Prani | Bali Tribune
Diposting : 14 February 2018 23:18
Release - Bali Tribune
Sate Renteng
Sejumlah siswa dengan seksama memperhatikan cara membuat Sate Renteng yang diperagakan salah seorang narasumber yang dihadirkan Dinas Kebudayaan Kota Denpasar serangkaian workshop di aula Sabho Lango kantor setempat belum lama ini.
BALI TRIBUNE - Guna memberikan pemahaman lebih mendalam tentang arti dan makna “Sate Renteng, Lawar dan Banten Prani” bagi kalangan generasi muda. Dinas Kebudayaan Kota Denpasar gelar workshop sehari melibatkan siswa-siswi tingkat SMP Se-Kota Denpasar. Kegiatan tersebut berlangsung di aula Sabho Lango kantor setempat belum lama ini.
 
Kabid kebudayaan Made Wedana dalam sambutannya mengatakan, penting mengadakan workshop tentang “Sate Renteng, Lawar dan Banten Prani”, mengingat banyak diantara generasi muda saat ini belum paham tentang arti dan makna ketiga bahan tersebut.
 
Oleh karenanya lanjut Wedana, dalam workshop sehari ini, pihaknya sengaja mendatangkan pakar dibidangnya seperti Guru Anom Ranuara. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman lebih mendalam tentang apa makna dari “Sate Renteng, Lawar dan Banten Prani”.
 
“Seperti misalnya apa saja kelengkapan sarana yang dibutuhkan, apa makna dan arti dari semua sarana tersebut, bagaimana tata letaknya dan lain sebagainya. Dengan pemahaman ini paling tidak para generasi muda nantinya akan memdapatkan bekal pengetahuan tentang arti dan makna semua bahan tersebut. Dan berharap akan mengeketok tularkan kepada mereka yang belum paham tentang apa arti dan makna dari semua bahan ini,” paparnya.
 
Adapun salah seorang narasumber kegiatan itu adalah, seniman serba bisa Kota Denpasar, Gde Anom Ranuara.
 
Dalam penjelasannya, pria yang akrab disapa Guru Anom sosok mengatakan, banyak sekali makna-makna yang terkandung dalam bahan sate renteng, lawar maupun banten prani.
 
“Seperti sate renteng atau sering disebut gayah yang merupakan salah satu bentuk uparengga yakni sarana yang dipakai melengkapi upacara yadnya,” katanya.
 
Lanjut dikatakannya, sate ini memiliki bentuk yang berbeda dibandingkan jenis-jenis sate lainnya seperti sate asem sate pusut dan lain-lain.
 
Sate renteng memiliki bentuk dan ornamen yang khas seperti ketika dibentuk ada yang berupa   gantungan seperti ngelenteng, mekebat, krucut dan lain sebagainya.
 
Dan berdasarkan beberapa tulisan, sate atau jatah ini ada beberapa jenis seperti; lembat sari, lembat angga, lembat wilis dan lain-lain.
 
“Begitu religiusnya sate ini sehingga dalam pembuatan maupun penempatannya harus benar,” terang Guru Anom.
 
Hal yang sama diungkapkan Guru Anom terhadap pembuatan lawar dan benten prani, bahan, bentuk serta penempatannya juga harus benar.
 
Dalam kegiatan workshop kemarin, selain diberikan pemahaman secara lisan peserta juga diberikan praktek langsung bagaimana cara membuat sate renteng, banten prani dan lawar.