
balitribune.co.id | Denpasar - Gempuran Covid-19 menghancurkan semua sektor usaha di Pulau Dewata, Bali. Sektor pariwisata, misalnya, lumpuh total. Korban PHK pun berjatuhan. Salah satu korban diantaranya adalah Ibu Sulisyanti (50).
Sulisyanti mantan karyawan salah satu hotel di Denpasar ini, tidak mau meratap nasib berlama-lama. Ia pun segera bangkit dengan membuka usaha laundry pada Oktober 2020. Sulisyanti istri pensiunan Polisi ini sudah bertekad bulat karena dengan usaha laundry, diharapkan dapat mencukupi kebutuhan keluarga dan biaya pendidikan anak-anak.
Memilih usaha laundry, bagi Sulisyanti bukan perkara mudah. Pasalnya, pasti akan bersaing ketat dengan usaha sejenis yang sudah menjamur. Meski begitu, Sulisyanti tak patah arang.
Menurut Sulisyanti, merintis sebuah usaha baru di masa pandemi Covid-19, jika salah hitung bisa gulung tikar. Oleh sebab itu, mesti punya strategi agar bisa memenangkan pertempuran di pasar.
Apalagi, dampak dari pandemi Covid-19 membuat banyak usaha laundry sepi karena banyak saingan.
“Oleh sebab itu, caranya agar bisa terus berjalan ya mesti door to door, dari pintu ke pintu, antar jemput laundry. Istilah saya jemput bola sekaligus promosi gratis ongkos kirim,” ujar ibu 4 orang orang anak ini, Selasa (12/4).
Sulisyanti punya wilayah operasi tersendiri. Dengan istim jemput bola tadi dapat mengcover wilayah seputaran Badung, yaitu Abianbase, Beringkit, Keboiwa, Dalung Permai dan Umalas.
Soal penghasilan dari usaha ini, Sulisyanti mengaku dapat mengantongi Rp 50.000 hingga Rp200.000 sehari. “Tergantung dari banyaknya laundry,” katanya.
Dengan usaha laundry ini, Sulisyanti merasa bersyukur kepada Tuhan karena salah seorang anaknya bernama Ni Luh Nyoman Arya Sutri Ningsih telah meraih gelar Sarjana Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dari Universitas Warmadewa Denpasar,” aku Sulisyanti bangga.
Ibu dari 4 orang anak ini telah ditinggalkan pada Agustus 2021. Almarhum suami merupakan seorang pensiunan Polri. “Jika hanya mengandalkan gaji pensiunan suami tentunya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan biaya pendidikan anak-anak. Itu sebabnya, saya nekad buka usaha laundry.