Bali Tribune/ LANSIA - Penampilan Sekaa Gong Lansia Werdha Santhi, di Panggung Ksirarnawa, Taman Budaya Denpasar, Selasa (5/7) malam.
balitribune.co.id | Denpasar - Sekaa Gong Lansia Werdha Santhi asal Desa Adat Pedungan, Denpasar, tampil energik di PKB tahun 2022, Selasa (5/7) malam. Jajal panggung Ksirarnawa, penampilannya tak kalah dibandingkan Sekaa Gong Anak-anak dan Dewasa.
Berhadapan dengan Sekaa Gong Alumni Manggala Sani, Universitas Warmadewa, masing-masing sekaa membawakan 3 materi. Sedangkan Sekaa Gong Lansia Werdha Santi sendiri menampilkan Tari Gabor, Tabuh Telu Gesuri, dan Sendratari berjudul Rajapala.
Tari gabor pada dasarnya merupakan tari wali yang ditarikan saat upacara adat. Diciptakan pada tahun 1969 oleh I Gusti Raka dari Saba, Gianyar. Kini Tari Gabor telah banyak dipentaskan sebagai tari penyambutan. Seperti pada pagelaran kali ini, dipentaskan oleh 8 wanita lansia, yang masing-masing membawa bokor berisi penuh dengan bunga.
Dilanjutkan dengan Tabuh Telu Gesuri, merupakan "gending" yang diciptakan oleh I Made Berata pada tahun 1964. Kata Gesuri sendiri merupakan singkatan dari Genta Suara Revolusi. Garapan ini terinspirasi dari perjuangan para pahlawan di masa lalu untuk meraih Kemerdekaan. Dimana, komposisi instrumental ini terdiri dari 3 gineman, yaitu gineman trompong, gineman gangsa dan gineman reong.
Sementara Sendratari "Rajapala" menceritakan kisah seorang bernama Rajapala dari Wanakeling, dengan wajah tampan dan gemar berburu hewan liar. Dipertemukan dengan seorang bidadari bernama Ken Sulasih, hingga menikah dan memiliki keturunan yang diberi nama Durma.
Dalam penampilannya, Sekaa Gong yang resmi terbentuk pada 9 Januari 2020 ini, melibatkan 85 seniman. Diantaranya 39 orang penabuh, 34 penari, 7 pembina, dan 5 orang gerong. Seluruhnya merupakan pria dan wanita lanjut usia (lansia) di lingkungan Desa Adat Pedungan.
"Berkesenian tidak mengenal usia," kata koordinator Sekaa Gong Lansia Werdha Santhi, I Made Sumita SE (54). Ia juga menjelaskan bahwa seniman yang terlibat rata-rata berusia 60 tahun, bahkan beberapa telah menginjak 70 tahun.
"Karena ini didasari oleh semangat ngayah kepada Desa Adat Pedungan, apalagi dengan diberikan kepercayaan ditunjuk sebagai Duta Kota Denpasar di PKB tahun ini. Semangat itu jadi berlipat, untuk sesaat lupa dengan usia," ucapnya.
Persiapan menuju pentas Ia habiskan selama 4 bulan. Dengan kendala yang juga tidak mudah, seperti faktor usia menyebabkan sering lupa materi, kedatangan seniman setiap latihan, masalah kesehatan dan sudah barang tentu keterbatasan dana. Tapi, akunya semua kendala bisa diatasi dengan kesabaran serta semangat berkesenian sejak awal.
Disisi lain, Sumita menyebut perhatian Pemkot Denpasar terhadap seniman sudah sangat baik. Begitu juga rasa syukur karena ditunjuk dan diberikan kesempatan sebagai Duta Kota Denpasar untuk tampil di Pesta Kesenian Bali tahun 2022. Sekaligus menjadi ajang menyalurkan semangat kepada generasi muda.
"Dengan diberikannya kesempatan tampil di PKB, kami yang notabene sudah berusia lanjut, hanya berharap kesenian Bali tambah ajeg. Seniman lansia pasti menampilkan kesenian lawas, tujuannya agar tidak punah dan menunjukan aspirasi kepada seniman muda untuk tetap berkreasi dengan seni tempo dulu," tandas Ketua Sekaa Gong Werdha Santhi tersebut.