
balitribune.co.id | Denpasar - Perusahaan teknologi pembayaran digital global atau Visa menyoroti tren utama dalam transaksi digital selama bulan suci Ramadan, di mana pengeluaran masyarakat meningkat untuk memenuhi kebutuhan, perjalanan, dan persiapan hari raya. Hasil temuan data Visa mengungkap bahwa sektor pariwisata melalui online travel agent (OTA) menjadi pendorong utama pertumbuhan transaksi, mencerminkan perubahan perilaku konsumen yang semakin mengandalkan solusi digital dan e-commerce.
Country Manager Visa Indonesia, Vira Widiyasari menjelaskan, Ramadan bukan sekadar momen perayaan namun juga bulan yang menunjukkan aktivitas ekonomi tertinggi di Indonesia. Data Visa pada tahun 2024 mencatat lonjakan transaksi pembayaran yang signifikan mencapai 80%, dimana sektor perjalanan mendominasi total jumlah transaksi. "Berdasarkan hal tersebut, Visa melihat bahwa bisnis harus bergerak cepat untuk memanfaatkan momentum seiring dengan semakin kuatnya peran pembayaran digital," jelasnya dalam siaran persnya, Kamis (20/3).
Berdasarkan data dari Visa Consulting & Analytics (VCA), Ramadan telah secara konsisten ditandai dengan meningkatnya volume pembelanjaan terutama untuk mudik dan perjalanan wisata, di mana sektor ini berkontribusi terhadap 65% dari total transaksi pada 2024. VCA juga mencatat bahwa transaksi untuk perjalanan terus menunjukkan pertumbuhan positif dalam minggu pertama Ramadan 2025. Tren ini juga menggarisbawahi meningkatnya peran platform digital untuk pembelian tiket, akomodasi, dan pembelanjaan selama Ramadan.
Terjadi peningkatan volume transaksi berbelanja yang signifikan hingga 46% di beberapa wilayah Indonesia seperti Daerah Istimewa Aceh, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Jambi, dan Riau sepanjang Ramadan yang didorong oleh kunjungan para pemudik yang ingin berkumpul bersama keluarga untuk merayakan kebersamaan pada Hari Raya Idulfitri. Sementara itu, pada periode pascaRamadan, Bali mencatatkan pertumbuhan tertinggi, menunjukkan daya tariknya sebagai destinasi wisata favorit, baik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Diungkapkan Vira, setelah Ramadan, momen libur panjang dan cuti bersama juga menarik kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk berwisata ke luar negeri. "Berdasarkan data yang kami dapatkan, negara-negara seperti Singapura, Malaysia, dan Jepang masih mendominasi sebagai destinasi favorit untuk didatangi oleh wisatawan Indonesia yang berlibur di periode Ramadan dan Idulfitri," ungkapnya.
Sementara, dari sisi wisatawan asing yang datang ke Indonesia, negara-negara seperti Australia, Amerika Serikat, dan Singapura masih menjadi penyumbang utama yang mengunjungi Indonesia di saat Ramadan dan Idulfitri. Namun, pertumbuhan baru wisatawan asing terlihat signifikan dari beberapa negara di antaranya Afrika Selatan, Selandia Baru, dan Uni Emirat Arab (UEA) yang menandakan meningkatnya daya tarik Indonesia sebagai destinasi global.
Selain sektor perjalanan, sektor ritel offline mengalami pertumbuhan transaksi tertinggi hingga 35% year on year (YoY), khususnya untuk transaksi department store yang selaras dengan kebutuhan pembelanjaan Idulfitri termasuk fesyen, makanan, dan barang kebutuhan rumahtangga. Selain itu, beberapa ritel offline untuk kategori high-end brand juga memperlihatkan tren yang meningkat sepanjang Ramadan, terutama setelah pemberian Tunjangan Hari Raya (THR), yang menunjukkan preferensi konsumen untuk berbelanja barang mewah. Tren ini juga menggaris bawahi bahwa pengalaman belanja di toko fisik tetap memiliki daya tarik tersendiri bagi konsumen Indonesia meskipun e-commerce terus berkembang. Sementara di sektor e-commerce sendiri, pembelanjaan di platform tersebut mencatat pertumbuhan transaksi hingga 40% sebelum Ramadan terutama untuk produk fesyen dan elektronik.