
balitribune.co.id | Denpasar - Pemerintah Australia resmi mengeluarkan travel warning level 2 bagi warganya yang hendak bepergian ke Indonesia, termasuk Bali, menyusul aksi massa di beberapa daerah pada Sabtu (30/8) lalu. Namun, Wakil Gubernur Bali I Nyoman Giri Prasta menegaskan, kondisi Pulau Dewata tetap aman, kondusif, dan tidak terganggu oleh isu tersebut.
Menurutnya, peringatan perjalanan semacam ini bukan hal baru bagi Bali. Bahkan ketika larangan bepergian pernah diberlakukan Australia di masa lalu, Bali tetap menjadi rumah kedua bagi wisatawan Negeri Kanguru. Alasannya sederhana: harga yang lebih ramah kantong, budaya yang unik, serta cuaca tropis yang sulit tergantikan.
“Cuaca dan adat budaya Bali ini amat sangat memberikan dukungan kepada wisatawan khususnya dari Australia. Saya kira ini tidak menjadi persoalan. Mereka sudah menganggap Bali sebagai rumah keduanya,” ujar Giri Prasta usai Rapat Paripurna DPRD Bali, Rabu (3/9).
Meski mengakui ada penurunan kunjungan setelah aksi demonstrasi, Giri menekankan jumlahnya tak signifikan—hanya sekitar 0,2 persen. Ia optimistis kondisi akan segera pulih. “Penurunan tidak signifikan karena sudah booking awal. Ini segera akan pulih kembali,” jelasnya.
Terkait komunikasi dengan pemerintah Australia, Giri memastikan jalurnya tetap terbuka melalui kedutaan besar dan misi diplomasi lainnya. Promosi pariwisata, tambahnya, juga terus digencarkan lewat "sales mission" dan kampanye internasional.
Ia pun menegaskan bahwa demonstrasi di Bali berjalan terkendali dan aparat keamanan sigap menjaga suasana tetap tertib. “Demo itu hak masyarakat, tapi jangan sampai anarkis. Itu catatannya,” tegas politisi PDI Perjuangan tersebut.
Optimisme Giri turut ditopang data kunjungan wisatawan mancanegara. Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat, pada Juli 2025 jumlah wisman mencapai 697.107 orang, naik 9,29 persen dibanding bulan sebelumnya. Tingkat hunian hotel berbintang pun naik menjadi 67,75 persen, sementara hotel non-bintang 49 persen.
Australia tetap menjadi penyumbang wisatawan terbesar, dengan 161.051 kunjungan atau 23,1 persen dari total wisman Juli. Menyusul Tiongkok (59.651 kunjungan), India (45.288), Prancis (38.460), dan Korea Selatan (38.275). Wisatawan Belanda mencatat lonjakan tertinggi, naik 134 persen dibanding bulan sebelumnya.
Secara kumulatif, total kunjungan wisman Januari–Juli 2025 mencapai 3,97 juta orang, naik 12,46 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Dari jumlah itu, Australia masih menduduki posisi puncak dengan 917.758 kunjungan.
Dengan tren positif ini, Pemprov Bali yakin Pulau Dewata akan tetap menjadi magnet utama wisatawan dunia, sekalipun diterpa isu "travel warning".