Harga Pakan Ternak Ayam Petelur Melambung Tinggi, Pengusaha Ternak Ayam Petelur di Karangasem Menjerit | Bali Tribune
Diposting : 13 August 2021 06:13
AGS - Bali Tribune
Bali Tribune/ TERNAK AYAM - Karyawan salah satu usaha ternak ayam di Desa Pesedahan tengah bekerja di dalam kandang ayam.
balitribune.co.id | Amlapura  - Harga pakan ternak utamanya untuk ternak ayam petelur seperti konsentrat, dedak dan jagung terus mengalami peningkatan. Harga pakan melambung ini makin menyulitkan para pemilik usaha peternakan ayam petelur di Karangasem. 
 
Meski belum ada data resmi yang dirilis oleh dinas terkait, namun sejumlah pemilik usaha ternak ayam petelur yang saat ini masih bertahan, memperkirakan sudah ada ratusan pengusaha ternak ayam petelur di Karangasem yang gulung tikar alias bangkrut, akibat tidak mampu lagi menutupi biaya operasional akibat lonjakan harga pakan ternak yang nyaris tidak terkendali tersebut.
 
Terkait dengan kondisi meprihatinkan yang dialami oleh para pengusaha ternak ayam petelur di Karangasem ini balitribune.co.id |  - , Kamis (12/8/2021), menyambangi salah satu sentra ternak ayam petelur yang ada di Desa Pesedahan, Kecamatan Manggis, Karangasem. Ternyata di desa ini sudah ada puluhan pengusaha ternak ayam petelur yang gulung tikar karena tidak mampu lagi menutupi biaya operasional mereka yang cukup tinggi akibat harga pakan ternak yang sudah tidak terjangkau lagi.
 
I Nengah Sutika, salah satu perternak yang ditemui media ini, menyampaikan saat ini yang masih bertahan adalah para pengusaha besar yang memiliki ternak diatas 20.000-50.000 ekor. Sedangkan pengusaha yang memilik ternak diabwah itu sebagian besar sudah gulung tikar alias bangkrut. “Sebagian besar yang gulung tikar itu pengusaha ternak ayam yang dibawah 10.000 ekor! Apalagi yang hanya 4000-5000 ekor sulit untuk bertahan dengan kondisi seperti sekarang ini dengan harga pakan ternak yang sangat mahal,” ungkapnya, sembari menyebutkan di kandang dia menernak 40.000 ekor ayam petelur.
 
Disebutkannya, saat ini jenis pakan ternak yang lonjakan harganya tidak terkendali yakni jagung karena itu merupakan akan ternak utama untuk jenis ayam petelur. “Jagung pak sekarang mahal sekali, kalau dulunya hanya Rp. 3.500 perkilo sekarang sudah Rp. 6.000 perkilo,” sebutnya. 
 
Sementara untuk konsentrat harganya juga terus naik. Dimana saat ini harga persaknya sudah mencapai Rp.425.000 persak, atau naik dari harga sebelumnya yang hanya Rp.380.000 persak. Ironisnya, kenaikan harga pakan ternak tersebut tidak dibarengi dengan naiknya harga jual telur ayam hasil ternak, karena harga telur ayam dipasaran malah merosot drastis. Ni Nyoman Sutrini, salah satu pemilik usaha ternak ayam petelur mengatakan, saat ini harga telur dipasaran turun drastis dari awalnya Rp. 40.000 per tray isi 30 butir, sekarang turun menjadi Rp. 33.000 per tray. “Itu untuk telur ukuran besar, nah untuk telur yang ukurannya sedang hingga kecil, dari awalnya Rp.33.000 per tray, sekarang malah ditawar Rp.27.000 per tray. Ya kalau harga segitu kita gak lepas, karena rugi pak!” kesahnya. 
 
Saat ini dirinya harus berjuang keras agar usaha peternakan ayam petelurnya bisa terus jalan atau beroperasi, kendati penjualan telur hasil ternak tidak bisa menutupi biaya operasional, mulai dari membeli pakan ternak, membeli obat, vaksin dan untuk gaji karyawan. “Sekarang yang penting bisa untuk membeli pakan ternak aja pak! Biar usaha saya bisa terus jalan,” ujarnya. 
 
Lantas sejak kapan harga pakan ternak ayam petelur ini melambung tinggi? Dikatakan Sutrini jika lonjakan harga pakan ternak ini sudah terjadi sejak pandemi Covid-19 ini merebak, dan yang paling menyesakkan dada kata dia, harga jual telur juga ikut merosot sejak awal pandemi.
 
Diceritakannya, jika sebelum masa pandemi para pengusaha ternak ayam petelur di Karangasem utamanya di Desa Pesedahan banyak mensuplay kebutuhan telur untuk hotel dan restaurant di Bali selain juga mensuplay pesanan telur dari pedagang di pasar tradisional. Namun sejak pandemi Covid-19 banyak hotel dan restaurant yang tutup sehingga praktis saat ini sebagian besar telur hasil ternak mereka hanya disuplay ke pedagang di pasar tradisional dengan harga jatuh.  
 
Di tengah situasi sulit seperti sekarang ini, sama sekali belum ada langkah kongkrit dari pemerintah untuk menyelamatkan nasib usaha ternak ayam petelur agar tidak semakin banyak yang gulung tikar. “Ya kami hanya berharap kepada pemerintah, bagaimana harga pakan ternak ini bisa turun utamanya jagung. Kita hanya berharap itu saja pak,” pungkasnya.