balitribune.co.id | Gianyar - Jeda Pandemi Covid-19 ini, banyak mengubah perilaku hidup warga masyarakat. Kelestarian alam lingkungan yang sempat terabaikan pun kini menjadi perhatian. Demikian halnya Aliran sungai/Tukad Mas, di Banjar Tangah, Peliatan Ubud, yang sebelumnya di sesaki timbunan sampah rumah tangga, kini benar-benar berubah. Sungai yang mengandalkan air dari rembesan air sawah dan mata air kecil inipun, kini ditata dan menjadi kawasan perlindungan kekua (kura-kura) sekaligus tempat refreshing.
I Wayan Sudiarta, salah seorang warga yang mengagas penataan tukad ini mengungkapkan, setelah tujuh tahun, angan-angannya untuk mengembalikan fungsi sungai itu akhirnya terwujud. Syukurnya, harapannya ini mendapat dukungan warga, sehingga secara perlahan ia bersama komunitas alam desa setempat mulai membersihkan aliran sungai. “Sebelum sampah menjadi masalah di pemukiman, sungai ini dulu memang tempat kami mandi dan bermain waktu anak-anak. Tidak menutup kemungkinan juga para orang tua kami memiliki banyak kenangan di sini, sehingga ada niat untuk menata sungai ini kembali,” ungkapnya saat ditemui di lokasi, Kamis (12/11) .
Disebutkan, aliran air di Tukad Mas ini memang tidak terlalu besar, namun memiliki air yang bening. Hal itu disebabkan di utara lokasi tersebut memang ujung dari sungai tersebut dan sumber air dari rembesan akar pohon dan memang ada sumber mata air berupa bulakan. Selama penataan pihaknya juga memberikan edukasi kepada masyarakat setempat agar tidak membuang sampah ke sungai lagi. “Saat penataan juga kami temukan banyak kekua di sini, akhirnya kami putuskan lokasi ini jadi tempat penangkaran kekua ini. Kami lengkapi dengan kolam penangkaran,” paparnya.
Maka tema yang ada di sana nilai konservasi, karena kekua (kura-kura) sangat masuk akal untuk ada disana sebagai sesuatu yang atraktif. Selain itu di lokasi tersebut terdapat sumber mata air yang disebut bulakan tirta emas lantaran lokasinya di Sungai Mas. Sementara ditatanya aliran sungai itu juga bisa dimanfaatkan untuk jalan-jalan, sebab nantinya akan tembus dengan banjar tetangga yang sama-sama tengah menata sungai juga. “Kala ada yang memanfaatkan tempat ini juga untuk rekreasi juga kami persilahkan,” ujarnya.
Setalah penataan ini, syukurnya, kini tidak ada lagi warga yang membuang sampah ke sungai. Saat ini mereka sudah membuang sampah pada angkutan sampah milik desa. Yang bisa ditukarkan dipilah dan ditabung pada bank sampah, sementara sampah organik di kelola di rumah masing-masing.