
balitribune.co.id | Bangli - Setelah pasar rakyat Desa Catur direvitalisasi, pihak desa berencana merintis berdirinya pasar Agro Holtikulutura. Ide ini muncul karena melihat potensi hasil pertanian dan letak Desa Catur yang cukup strategis karena berbatasan dengan Kabupaten Badung dan Singaraja.
Perbekel Desa Catur I Made Agus Antara, Selasa (9/4) mengungkapkan, untuk revitalisasi pasar Desa Catur, pemerintah pusat melalui Kementerian perdagangan telah menggelotorkan dana tugas pembantuan (TP) sebesar Rp 6 Miliar tahun 2018. ”Untuk pembangunannya sudah kelar dan baru sejak dua hari lalu pedagang sudah menempatinya,” jelas I Made Antara sembari menambahkan, luas lahan sekitar 60 are.
Lanjut Made Agus Antara selama proses penyerahan asset dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah kemudian ke pihak desa belum inkrah, maka tidak dilakukan pungutan retribusi. Karena belum dilakukan pungutan retribusi otomatis untuk gaji bagi pengelola pasar diambil dari desa. “Harapan kami untuk masalah penyerahan asset bisa secepatnya, kalau sampai lama menunggu tentu menjadi beban desa,” ujar Agus Antara sembari mengatakan untuk jumlah petugas pasar sebanyak 12 orang dan pasar buka mulai pukul 04.00 Wita sampai pukul 09.00 Wita pagi.
Terkait belum tuntasnya masalah asset pasar desa, pihak desa berencana membanguan pasar Agro Holtikultura. Ide itu muncul karena melihat potensi desa sekitarnya yang merupakan penghasil sayur dan buah–buahan. Selama ini hasil pertanian dijual ke daerah Baturiti, Tabanan.
“Mengenai rencana ini sudah kami bicarakan dengan 9 perbekel sekitar Desa Catur dan ternyata para perbekel mendukung pembanguan pasar Agro Holtikultura,” kata Agus Antara.
Ke-9 perbekel yang dimaksud yakni perbekel Daup, Belantih, Belanga, Pengejaran, Binyan, Batu Kaang, Mengani, Selulung dan Catur. Dengan adanya pasar Agro Holtikultura diharapkan semua hasil pertanian bisa dijual di sana.
“Rencana ini juga sudah kita ajukan kepada bapak bupati, sedangkan untuk lahannya tepat berada di areal depan pasar Desa Catur,” tutupnya.