Gunung Agung Status Awas | Bali Tribune
Diposting : 23 September 2017 13:38
Redaksi - Bali Tribune
Gunung Agung
Para pengungsi tampak berharap-harap cemas terhadap kondisi Gunung Agung, yang malam kemarin ditingkatkan statusnya menjadi awas.

BALI TRIBUNE - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologis (PVMBG), menaikkan status Gunung Agung dari Level III (Siaga) menjadi Level IV (Awas). Ditingkatkannya status Gunung Agung ini disampaikan oleh Kepala PVMBG, Kasbani, pada Jumat (22/9) malam pukul 20.30 Wita.

"Melihat perkembangan terakhir, aktivitas kegempaan vulkanik begitu tinggi, dengan ini Gunung Agung ditingkatkan statusnya dari Level III Siaga jadi Level IV atau Awas," jelasnya.

Dengan status awas, maka warga, wisatawan atau pendaki diimbau tidak beraktivitas pada radius 9 km ditambah perluasan sektoral ke arah Utara, Tenggara dan Selatan-Baratdaya sejauh 12 km. "Daerah tersebut harus kosong dari aktivitas," ujar Kasbani.

Ia menambahkan, kantong magma memang masih berada pada kedalaman 5 km. Tetapi terjadi pergerakan fluida ke arah permukaan.  "Kantong magma masih tetap, tapi fluida mulai naik dan rentetan gempa terus terjadi. Awan panas belum terlihat," paparnya.

Data yang dirilis petugas, pada periode pukul 00.00 - 18.00 Wita, terjadi 691 kali gempa di Gunung Agung. Rinciannya, 88 gempa vulkanik dangkal, 503 gempa vulkanik dalam dan 100 gempa tektonik lokal.

 
Evakuasi Warga  

Sementara itu pantauan wartawan Bali Tribune, aktivitas vulkanik kawah Gunung Agung terus mengalami peningkatan, Jumat (22/9). Dalam 12 jam terekam sebanyak 380 kali gempa vulkanik dalam, dangkal dan tektonik. Bahkan gempa tektonik sudah mencapai 50 kali, artinya dalam 24 jam kemarin diperkirakan terjadi gempa hingga 760 kali.

Semakin meningkatnya aktivitas vulkanik yang diukur dari kegempaan yang terjadi menunjukan gerakan magma yang mengarah kepermukaan, artinya peniningkatan status dari siaga ke awas bisa terjadi jika aktisitas kegempaan terus meningkat.

Kepala Pusar Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani, menyebutkan jika pergerakan magma sudah sekitar lima kilometer mendekati permukaan kawah. “Magma atau Fluida naik kepermukaan diketahui dari gempa-gempa yang terjadi dan terus meningkat cepat,” sebut Kasbani. Memang sebagian besar getaran gempa yang terjadi sepanjang hari kemarin mulai dirasakan oleh masyarakat yang berada diluar zona merah KRB dan diarasakan pula oleh masyarakat di kota Amlapura.

Sementara itu hingga saat ini arus pengungsi terus berdatangan dari berbagai desa/dusun yang masuk dalam KRB I, II dan III. Dalam status siaga atau level III sekarang ini seluruh area yang masuk dalam KRB harus dikosongkan dan tidak bileh ada aktivitas. Hanya saja sampai kemarin masih saja ada penduduk yang bertahan diareal terlarang zona merah KRB.

Menyikapi hal ini, tim tanggap darurat dari Basarnas dan BPBD langsung bergerak untuk menjemput dan mengevakuasi warga dari zona terlarang itu, kendati banyak di antara warga masih menolak untuk dievakuasi dan memilih bertahan di rumah mereka.

Berdasarkan data yang dihimpun, sampai saat ini jumlah sebaran pengungsi di sejumlah titik terus meningkat, di tenda pos pengungsian di Lapangan Desa Ulakan tercatat ada sebanyak 221 jiwa, di pos pengungsian di Buleleng tercatat sebanyak 1.199 jiwa, di lapangan GOR Swecapura ada sebanyak 549 jiwa, di Sidemen sebanyak 1.137 jiwa, di Bebandem tercatat sebanyak 1.730 jiwa serta di Kecamatan Rendang tercatat sebanyak 1.564 jiwa.  Jadi total jumlah pengungsi yang menempati seluruh pos pengugsian sebanyak 6.400 jiwa.

Sejak arus pengungsian membludak menyusul semakin meningkatnya aktivitas magma dalam kawah Gunung Agung, membuat banyak siswa yang terpaksa tidak bersekolah karena mereka harus ikut mengungsi ke pos pengungsian bersam kedua orang tua mereka.

“Sekolah yang berada didekat tempat pengungsian, harus menerima siswa yang mengungsi tanpa syarat,” tegas Kabag Humas Setdakab Karangasem, I Gede Waskita Sutadewa, Jumat kemarin. dan terkait hal ini pihak Dinas Pendidikan Karangasem, sudah bbersurat ke provinsi.