Pengungsi dari Karangasem Tertampung di Permukiman Warga | Bali Tribune
Diposting : 25 September 2017 18:07
Putu Agus Mahendra - Bali Tribune
KESEHATAN
PEMERIKSAAN - Selain mendapat pemeriksaan kesehatan, pengungsi Karangasem yang ditampung dipemukiman warga Minggu kemarin juga mendapat bantuan sembako.

BALI TRIBUNE - Sejak aktifitas vulkanik Gunung Agung ditepakan dengan status Awas oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi Sumberdaya Mineral (ESDM) pada Jumat (22/9) malam, gelombang pengungsi berdatangan hingga Jembrana. Hingga Minggu (24/9) ratusan warga Gumi Lahar sudah mengungsi ke Jembrana seiring proses evakuasi yang dilakukan di kawasan rawan bencana (KRB).

Ratusan jiwa warga Karangasem itu ditampung di permukiman keluarg dan krabat mereka. Seperti yang dialami I Nengah Ratep (78) pengungsi asal Desa Pempatan, Kecamatan Rendang. Ia berangkat dari kampungnya yang hanya berjarak sekitar 10 KM dari kaki Gunung Agung bersama keluarga dan tetangganya sejak Sabtu (23/9), sebelum dijemput oleh keluarga besannya untuk diajak tinggal di Banjar Serong, Desa Gumbrih, keluarga petani ini sempat ditampung di Desa Tegak, Kelungkung sedangkan pengungsi lainnya terpencar.

Banyak anak ditampung oleh keluarganya di Jembrana yang merupakan anak usia sekolah namun kini tidak dapat pergi ke sekolah. Salah satunya I Gede Sudiarta (15) siswa asal Banjar Liligundi, Kecamatan Bebandem Karangasem ini bersama keluarganya ditampung dirumah keluarganya di Banjar Badingkayu, Desa Pengeragoan, Pekutatan. “Sekarang di sekolah kami diliburkan situasional karena daerahnya berbahaya jaraknya hanya 10 km dari Gunung, saya ke sini sama keluarga hanya bawa baju saja, buku-buku dan perlengkapan lainnya dibiarkan di rumah. Tidak tahu sekarang gimana di sini,” ungkap siswa kelas X IPB 2 SMA Negeri 1 Bebandem ini.

Perbekel Pengeragoan, I Wayan Balikari menyatakan semua pengungsi ditampung di rumah keluarganya ditiga banjar. “Sejarah tiga banjar yakni Badingkayu, Pasut dan Mengenu Anyar itu ada karena meletusnya Gunung Agung tahun 1963, jadi 54 jiwa yang ditampung sejak dua hari di rumah-rumah warga kami di tiga banjar ini adalah keluarga mereka dari daerah asalnya di Karangasem” jelasnya.

Kepala UPT Puskesmas II Pekutatan di Gumbrih dr. Nengah Ariani menyatakan kondisi kesehatan beberapa pengungsi kini telah membaik, “selain penyakit bawaan, banyak yang sakit kepala dan tensi naik, mungkin karena faktor psikis. Tapi kami terus lakukan pemeriksaan terhadap pengungsi diwilayah kerja kami,” jelasnya.

Wakil Bupati Jembrana, I Made Kembang Hartawan menyatakan hingga Minggu kemarin sudah dilaporkan sebanyak 180 jiwa warga Karangasem yang ditampung dirumah-rumah keluarganya tersebar diberbagai desa dan keluarahan dilima kecamatan di Jembrana. Pemda dan masyarakat Jembrana siap menampung gelombang pengungsi lainnya dari Karangasem. “Kalau berlangsung lama, kami juga akan kordinasikan untuk pendidikan mereka, mungkin didatangkan tenaga pendidik,” jelasnya. Perangkat desa diminta selalu menginventarisir dan melaporkan update mengenai pengungsi yang ada di wilayah masing-masing.