Gianyar, Bali Tribune
Sendratari kolosal dengan lakon “Sumantri Pramada”, menyedot puluhan ribu penonton di Open Stage Balai budaya, Gianyar, Selasa (19/4) malam. Selain melibatkan sekitar 500 seniman, suguhan atraktif dan akrobatik membuat sendratari ini benar-benar memukao penonton.
Pantauan Bali Tribune, puluhan ribu penonton memenuhi lapangan Astina Gianyar untuk menyaksikan sendratari spektakuler dari Sanggar Paripurna, Bona, Blahbatuh, serangkaian puncak HUT ke-256 Kota Gianyar. Dengan melibatkan ratusan seniman, sendratari tersebut benar-benar mencengangkan. Karena penonton disuguhkan tampilan yang benat-benar atraktif dan akrobatik, didukung dan tata lampu yang sangat menakjubkan. “Properti yang digunakan sangat meyakinkan dan menggambarkan suasana baru di atas panggung megah ini,” terang I Made Karyta, penonton asal Tegallalang.
Pementasan sendratari yang dimulai pukul 20.00 wita dan berdurasi 2 jam itu, peran para pemain dan penabuh sangat menonjol dan dominan bahkan menjadi faktor terpenting pada pertunjukan malam itu. Penggunaan set panggung serta properti juga sesuai lakon yang menambah keserasian pertunjukan. Semua penari mengekspresikan cerita perannya masing-masing. Penggunaan properti seperti pohon-pohonan, ogoh-ogoh dalam wujud raksasa, kereta kuda, burung Garuda dan ornamen lainnya mewarnai aksi kolosal sendratari malam itu. Tak jarang percikan kembang api menghiasi panggung saat diceritakan kerajaan Arjuna Sasrobahu yang bertarung melawan Sumantri.
Kali ini, pimpinan sekaligus koreografer, I Made Sidia sengaja mengambil kisah Sumantri Premada. Untuk menggambarkan generasi muda yang sesat karena telah berani menentang guru dan orang tua. “Sebagaimana kegundahan terhadap generasi muda sekarang ini yang cendrung sombon dan berprilaku seenaknya , setelah menguasah teknologi,” contohnya.
Dalam sendratari ini, menceritakan kisah dua orang saudara, Sumantri dan Sukasrana Putra yang ditugaskan ayahnya Rsi Wisanggeni berguru ke Prabu Arjuna Sastrabahu di Kerajaan Mayaspati. Jati diri Sukasrana yang berwajah buruk tidak disukai kakaknya Sumantri dengan pelbagai alasan Sumantri tidak mau mengajak Sukasrana. Namun saat ditinggal di hutan, Sukrasana malah mendapat anugrah Cakabairawa karena bersifat baik dan welas asih.
Sesampainya di kerajaan Mayaspati dimana Arjuna Sosrobahu bertahta, raja itu terkenal bijak dan baik, Sumantri diterima dan diperintahkan menjemput calon istri sang prabu. Namun, Sumantri malah jatuh cinta kepadanya. Akhirnya Sumantri menantang Prabu Arjuna Sasrobahu bertarung dan Sumantri kalah. Jika mau hidup Sumantri ditugaskan membawa taman Sriwedari ke Mayaspati, saat putus asa karena tidak bisa mebawa taman tersebut, Sumantri bertemu adiknya Sukasrana. Berkat bantuan adinya, akhirnya taman itu bisa dibawa ke Mayaspati, namun malah adiknya dibunuh oleh Sumantri. “Melalui kesenian ini, masyarakat diharapkan mengatahui filosofi tentang pentingnya rasa hormat terhadap orang tua, guru, pemerintah dan bhakti kepada Tuhan,” harapnya.