Usai Perayaan Siwaratri, Ribuan Warga Denpasar Melukat Di Sanur | Bali Tribune
Diposting : 17 January 2018 23:47
I Wayan Sudarsana - Bali Tribune
Pura
MELUKAT - Pemedek malukat di Pura Campuhan Windhu Segara pasca hari Siwaratri, Selasa (16/1) kemarin.

BALI TRIBUNE - Usai perayaan Siwaratri biasanya dilakukan dengan mencari sumber-sumber mata air, salah satunya adalah menuju tempat penglukatan. Seperti yang dilakukan sejumlah warga di Pura Campuhan Windhu Segara sebelah Utara Pantai Padang Galak Sanur. Ribuan warga tampak memadati pantai ini sejak subuh, Selasa (16/1) kemarin.

Menurut Pengamong Pura Campuhan Windhu Segara, Maha Guru Aitriya Narayana, pemedek sudah datang sejak pukul 03.00 Wita. Rata-rata kedatangan krama untuk melukat usai merayakan Hari Suci Siwaratri.

“Mereka ke sini untuk malukat, di mana berasal dari kata mala dan kaad. Mala adalah kekotoran sedangkan kaad merupakan pergi atau hilang. Maka tujuannya adalah untuk menghilangkan kekotoran dalam diri,”terangnya.

Maha Guru mengungkapkan, mereka yang datang ke Pura Segara untuk membersihkan diri secara sekala dan niskala. Karena setelah malam perenungan dalam diri sendiri dilanjutkan membersihkan fikiran juga.

Dikatakannya, mereka yang datang ke lokasi itu tidak sebatas umat Hindu saja namun sebagian merupakan warga non-Hindu.

“Di sini tidak mematok untuk apa yang digunakan untuk malukat dan kapan waktunya. Apapun yang mereka bawa dan kapanpun waktunya kita layani. Kalau masyarakat Bali paling lumbrah biasanya hanya membawa canang dan pejati saja,” ucap Maha Guru.

Ia menambahkan, pemelukatan tidak menjanjikan yang bersangkutan bisa berubah. Menurutnya, perubahan diri setiap individu hanya bisa dilakukan oleh orang bersangkutan.

“Maka sebaiknya pelaksanaan Siwaratri dilakukan dengan menahan rasa terlebih dahulu. Berawal dari menahan lapar, mengimbangi antara pikiran yang positif maupun negative. Sehingga keesokan harinya sangat cocok untuk melebur semua hal yang negatif tersebut di sebuah campuhan. Yaitu pertemua antara air dari gunung dengan air yang ada di laut,” imbuhnya.

Sementara salah seorang pemedek, I Gede Artika mengaku ritual di lokasi itu adalah yang ketiga kalinya.

“Awalnya saya tahu dari teman bahwa di sini juga ada tempat untuk malukat, makanya saya langsung nangkil ke sini. Di samping itu ada juga yang sembuh dari penyakit lumpuhnya setelah nunas ica di sini,” papar pria asli Nusa Dua tersebut.

Artika juga mengungkapkan dirinya mengetahui jika di  pura tersebut bisa nunas (memohon,red) diberikan keturunan.

“Kalau ke sini saya hanya membawa satu pejati dan satu buah kelapa muda saja. Dilanjutkan malukat di pecampuhan dan dilanjutkan dengan semabahyang di sini dan terakhir sembahyang di palinggih Ratu Niang Sakti. Yang bertempat di barat parkiran,” pungkasnya.