Tekanan Harga Menurun Akibat Lesunya Industri Pariwisata | Bali Tribune
Diposting : 5 May 2020 18:14
Arief Wibisono - Bali Tribune
Bali Tribune / Trisno Nugroho

balitribune.co.id | DenpasarLesunya industri pariwisata di Provinsi Bali selama pandemi Covid-19 kemudian berdampak pada turunnya tekanan harga. KPwBI Provinsi Bali mencatat tekanan harga selama bulan April 2020 cukup rendah dibandingkan bulan sebelumnya, hal tersebut terlihat dari menurunnya tekanan harga atau deflasi pada komoditas daging ayam ras, harga tiket angkutan udara, cabai merah, dan telur ayam ras.

"Turunnya tekanan harga disebabkan oleh lesunya permintaan, terutama dari industri pariwisata akibat penyebaran Covid-19. Di sisi lain, tidak terdapat permasalahan baik dari sisi pasokan dan distribusi menyebabkan turunnya harga komoditas," ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho melalui keterangan tertulisnya, Selasa (5/5).

Sementara itu, deflasi inti atau Core Inflation pada bulan April tercatat sebesar 0,02% (mtm), turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 0,44% (mtm). Penurunan tersebut terjadi akibat adanya penurunan harga sebagian besar komoditas di dalam kelompok ini, terutama untuk canang sari, toiletries, dan makanan.

"Namun demikian, harga emas perhiasan masih meningkat seiring dengan naiknya harga emas dunia," ungkap Trisno Nugroho.

Sejalan dengan hal tersebut, Trisno Nugroho menyebutkan bahwa bulan ini komoditas Volatile Food mengalami deflasi sebesar 1,41% (mtm), lebih dalam jika dibandingkan dengan Maret 2020 (-0,54%, mtm). Penurunan terdalam terlihat untuk daging ayam, cabai merah, telur ayam, bawang putih, dan minyak goreng. Turunnya harga komoditas VF disebabkan oleh lesunya permintaan secara signikan di tengah pasokan yang memadai.

Selanjutnya, tekanan harga untuk komoditas Administered Price juga terus menurun menjadi -0,53% (mtm). Penurunan ini bersumber dari turunnya harga tarif angkutan udara, seiring dengan penutupan bandara selama bulan Ramadan hingga Lebaran untuk mengantisipasi arus mudik. 

Berdasarkan perhitungan BPS, pada April 2020, Provinsi Bali mengalami deflasi sebesar -0,33% (mtm), melandai dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,12% (mtm). Sementara itu pencapaian inflasi Nasional tercatat sebesar 0,08% (mtm). Secara tahunan, inflasi Bali tercatat sebesar 2,55% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan Nasional yang sebesar 2,67% (yoy). 

"Dengan demikian, inflasi Bali pada April 2020 masih berada dalam rentang sasaran inflasi nasional 3,0%±1% (yoy). Deflasi terjadi pada kedua kota sampel IHK yaitu kota Denpasar yang tercatat sebesar -0,32% (mtm) dan kota Singaraja mencatat inflasi sebesar -0,36% (mtm)," pungkas Trisno Nugroho

TPID Kabupaten dan Provinsi terus berupaya untuk menjaga kestabilan pasokan dan harga di masyarakat. TPID rutin melakukan sidak dan operasi pasar, utamanya dalam menghadapi penyebaran Covid-19 di Provinsi Bali. Selain itu, TPID juga akan melakukan gerakan Lumbung Pangan untuk memastikan distribusi kepada seluruh lapisan masyarakat di Bali. 

Bank Indonesia memperkirakan inflasi pada Mei 2020 akan tetap terkendali dan berada pada kisaran sasaran 3,0±1%. Bank Indonesia Provinsi Bali akan tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) guna memastikan inflasi terjaga dalam kisaran sasaran nasional.