BALI TRIBUNE - Ribuan mata air, khususnya mata air beji yang disucikan dan dikonsumsi masyarakat di Gianyar belum mendapat giliran pengujian kualitas baku mutu (kumutu) air. Mengingat terbatasnya personel di Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gianyar. Dengan jumlah petugas lab dua orang dan satu orang analis, pengujian air beji hanya mencapai 60 titik prioriotas dalam setahunnya.
Pantauan di Laboratorium, DLH Gianyar, Senin (16/4), terlihat dua orang petugas lab sedang memeriksa sample air yang diambil dari beberapa sumbermata air beji di tiga kecamatan. Masing-masing kecamtan Tampaksiring, Gianyar dan Blahbatuh. Pengujian itu, tujunnya untuk memastikan kualitas air memenuhi kumutu air. Mengingat, air beji selama ini dianggap suci, terbebas dari bakteri.
Kepala UPTD Laboratorium DLH Gianyar Putu Diah Mantiasih tak menampik terbabatsnya SDM setempat. Demikian juga sejumlah peralatan yang dibutuhkan. Namun demikian, pihaknya mengaku jika sistem pemantauan kualitas sumbar mata air tetap berjalan maksimal. Hanya saja, dalam kegiatannya menyesuaikan anggaran. “Jika didata, jumlah sumber mata air di Gianyar sangat banyak, bahkan mencapai ribuan. Secara bertahap tentunya akan kami lakukan uji. Tahun ini kami sedikitnya menyasar 60 titik di tiga kecamatan,” ungkapnya.
Syukurnya, meskipun kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan perlu ditingkatkan, untuk kepentingan mencuci dan mandi, kualitas suber air di Gianyar masih dalam status baku mutu. Namun untuk air minum, pihaknya meghimbau supaya air itu dimasak terlebih dahulu. Meskipun air diambil dari beji, sebaiknya dimasak dulu sebelum di konsumsi. Baginya, keberadaan laboratorium air sangatlah penting, untuk menguji kualitas air dan juga untuk mengetahui gambaran kondisi air saat ini. Terlebih pengujian dilakukan secara berkala minimal dua kali dalam setahun. Namun, kendalanya kembali ke personil sehingga pengecekan tidak dapat dilakukan secara menyeluruh dan rutin setiap enam bulan sekali.
Kepala DLH Gianyar I Wayan Kujus Pawitra mengatakan, pihaknya sudah melakukan telah staf. Harapnya, dalam penerimaan CPNS mendatang, kuota ahli lingkungan, Kimia serta biologi, nantinya diharpkan ditempatkan di Lab DLH Gianyar. Demikian pula penganggarannya, pihaknya sedang melakukan kajian menyesuaikan dengan volume kegiatan di tahun mendatang. “Dukungan pemantauan merunut hasil Lab ini sangat penting. Terutamanya dalam upaya pembinaan kami di wilayah yang rawan pencemaran,” paparnya.
Kujus juga mengakui jika pihaknya harus bergerak cepat, khususnya dalam mengantisipasi pencemaran sungai. Mengingat dari hasil pantuannya tidak sedikit sungai yang masih digunakan warga, sebagai saluran pembuangan kotoran ternak, limbah garmen dan menjadi tempat pembuangan. Selain dilakukan warga, pencemaran lingkungan juga dilakukan sejumlah hotel, vila dan restoran. Dengan melakukan penelitian terhadap kualitas air, pihaknya ingin memastikan air beji yang selama ini dianggap suci, terbebas dari bakteri. “Melihat pencemaran yang sulit dikontrol, kami menjadi was-was terhadap kualitas air. Khususnya air beji yang digunakan masyarakat sebagai tirtha. Sebab pernah ada penelitian, air beji di suatu desa di Gianyar, telah mengandung bakteri Ecoli,” tambahnya.
Kujus juga tak bosannya mewanti agar masyarakat terus menjaga kebersihan sungai, sehingga sungai tidak tercemar dan kualitas air akan tetap terjaga. Karena masih banyak warga yang memanfaatkan air sungai.