Denpasar, Bali Tribune
Pebulutangkis PON Bali, Ni Made Deya Surya Saraswati dan Ayu Gary gagal tembus Pelatnas, setelah dalam seleksi nasional yang digelar 26-28 Mei lalu di Jakarta, keduanya berada di peringkat ketiga kategori remaja.
Wakil Ketua II Pengprov PBSI Bali, Wayan Winurjaya, Rabu (1/6) di Denpasar mengatakan, pebulutangkis yang bisa masuk pelatnas adalah mereka yang juara dan runner up di kategori masing-masing.
“Pada seleksi itu Deya hanya selisih angka tipis dengan pesaingnya, yang dicari hanya juara dan runer up. Dari delapan orang dibagi ke dalam dua grup. Dan, hasilnya Deya finis di peringkat ketiga,” ujar Winurjaya.
Meski gagal masuk pelatnas, namun Winurjaya tidak berkecil hati, apalagi pemanggilan mengikuti seleknas kemarin terkesan mendadak. Winurjaya juga menyoroti soal konsistensi PP PBSI dalam program melakukan seleknas.
“Jika saya ketahui sejak awal, tidak mungkin dia (Deya) kami turunkan di kejuaraan Thailand. Terlebih dengan serangkaian jadwal padat try out tiga kali berturut-turut persiapan PON. Mulai kejuaraan di Jakarta, di Surabaya dan berlanjut di Thailand,” terang Winurjaya sembari menyebut jika diketahui sejak awal akan ada seleknas, pihaknya lebih mendorong Deya dan Ayu Gary fokus latihan selama satu bulan penuh menghadapi seleknas.
Winurjaya berharap ke depannya PP PBSI hendaknya memberitahukan jauh-jauh hari tentang gelaran seleknas sehingga Pengprov PBSI Bali bisa bisa memilah-milah mana kejuaraan yang bakal diikuti Deya sehingga fokus seleknas tak terganggu.
Bagi pria asal Kintamani, Bangli itu, karena sudah masuk jajaran pebulutangkis nasional, dia berharap lebih meningkatkan kualitasnya lagi. Buktinya, Tommy Sugiarto tidak masuk seleknas, dan hanya fokus latihan di klub namun bisa berprestasi di kancah international.
“Hasilnya tidak akan jauh beda. Tapi jika masuk pelatnas semua pembiayaan ditanggung negara. Jika, pribadi klub itu biaya mandiri. Tapi, jika sama-sama keras latihan, kami percaya pebulutangkis asal Bali bisa berprestasi tidak hanya nasional saja,” tegas Winurjaya.
Dikatakan Winurjaya, yang lolos seleknas saat ini, satu orang di antarnya sempat dikalahkan anaknya sendiri Ade Pranita waktu Sirnas di Lombok. Sedangkan, Ade tidak dipanggil seleknas karena masih ranking 15 nasional kategori remaja.
“Itu artinya kualitas beda tipis. Dan, sewaktu-waktu bisa saling kalahkan. Sehingga perbedaan kualitas tidak terlalu mencolok. Dan, bisa saja yang lolos seleknas tepat pada masa puncaknya. Buktinya, yang lolos seleknas tahun ini sempat dikalahkan Ade yang tidak dipanggil seleknas,” demikian Winurjaya dan menambahkan pebulutangkis yang berhak mengikuti seleknas adalah yang berperingkat 1-8 nasional.