BALI TRIBUNE - Pelaku pariwisata Sanur, Ida Bagus Kharisma Wijaya menilai industri pariwisata setiap harinya menghasilkan jenis sampah organik dan non organik. Sampah-sampah tersebut jika tidak dikelola tentu saja kedepannya akan merusak lingkungan. Sehingga pemerintah mesti secepatnya memikirkan solusi terkait masalah sampah di Pulau Bali ini yang juga disumbang oleh industri pariwisata. Demikian disampaikan saat perayaan 60 tahun Hotel Segara Village Sanur dengan melakukan pelepasan tukik dan bersih-bersih pantai, Sabtu (16/12) lalu di Sanur.
Pihaknya yang juga Konsul Kehormatan Norwegia di Bali mengatakan dalam hal permasalahan sampah itu perlu melibatkan generasi muda agar semakin menanamkan rasa kepedulian terhadap kelestarian alam/lingkungan terutama di laut yang merupakan salah satu tempat wisatawan melakukan kegiatan wisata.
"Kita harus melibatkan anak-anak sekolah agar terbiasa peduli lingkungan terutama memiliki pengetahuan terkait bahaya sampah. Supaya lingkungan atau kawasan pariwisata semakin baik," ujarnya yang juga General Manager Hotel Segara Village.
Selain itu pihaknya juga mengajak hotel dan restoran untuk berpartisipasi menjaga kebersihan area yang dipadati turis mancanegara dan domestik tersebut. "Dengan melakukan aksi peduli lingkungan sebagai salah satu investasi kembali untuk destinasi Sanur," cetus Kharisma.
Dia mengungkapkan beberapa puluh tahun yang lalu, di pantai kawasan Sanur masih bisa melihat berbagai jenis ikan hias dan koral yang indah. Namun sekarang kondisi koral pun tidak sebagus dulu karena polusi dan sampah. Hal itu menurut Kharisma tidak menguntungkan untuk generasi selanjutnya. "Kedepannya generasi kita jangan sampai mewarisi yang jelak. Memupuk sistem dan mentalitas masyarakat terkait sampah ini yang penting. Kalau sampah dari industri pariwisata ini berimbang antara organik n non organik," katanya.