Program “Colmik” Dituding Gagal Total | Bali Tribune
Bali Tribune, Minggu 15 Desember 2024
Diposting : 18 April 2017 18:48
Agung Samudra - Bali Tribune
jro bawa
Jro Bawa

Bangli, Bali Tribune

Program peningkatan jalan oleh Pemkab Bangli melalui program Colmik dituding gagal. Pasalnya, baru beberapa bulan ruas jalan diperbaiki dengan speack colmik sudah kembali rusak. Seperti ruas jalan Desa Siakin menuju Penutukan (Singaraja). Padahal anggran yang dikeluarkan untuk memperbaiki ruas jalan tersebut dengan menggunkan lapisan colmik cukup besar.  

Hal ini diungkapkan anggota DPRD Bangli Jro Bawa ketika menyinggung masalah insfrastruktur jalan, khususnya yang ada di wilayah Kintamani Timur, Senin (17/4). Kata politisi asal Desa Siakin ini, awalnya masyarakat di Desa Siakin berharap ruas jalan yang kondisinya cukup memprihatinkan itu mendapat  program hotmik. Namun karena terbentur medan yang berat, maka ruas jalan diperbaiki dengan menggunakan lapisan colmik. “Awalnya masyarakat kami menyangka kalau jalan akan dihotmik, tapi yang muncul pengerjaan jalan menggunakan lapisan colmik” ujar Ketua Komisi 1 DPRD Bangli  ini.  

Jro Bawa mengaku mengamini alasan ruas jalan itu tidak bisa menggunakan lapisan hotmik, namun justru sangat disayangkan kenapa baru beberapa bulan dikerjakan ruas jalan kembali rusak. “Saya sendiri tidak tahu penyebab cepat hancurnya ruas jalan dengan lapisan colmik itu, apa karena campuran colmik yang tidak bagus atau karena faktor lainnya, itu merupakan P R bagi tim teknis,” tegasnya.

 Kata Jro Bawa, hampir sebagian besar ruas jalan yang menggunakan lapisan colmik nasibnya sama seperti ruas jalan di Desa Siakin. “Hampir sebagian besar jalan dengan lapisan colmik, khususnya di Kintamani mulai rusak, bisa dibilang program colmik gagal,” sebutnya.

Kabid Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Perumahan Bangli, Putu Wedagunawan saat dikonfirmasi, mengatakan memang ada beberapa ruas jalan di Kintamani menggunakan space colmik. Sejatinya harapan pemerintah semua ruas jalan kabupaten bisa dihotmik. Namun karena terbentur medan yang berat, sehingga pengerjaan dengan hotmik tidak bisa dilakukan. “Medan yang terjal tidak memungkinkan alat berat (finisher) bekerja, maka melihat letak geografis dan faktor cuaca maka dipilihlan space colmik,” ungkapnya.

Dia menambahkan, kerusakan yang terjadi masih menjadi tanggung jawab rekanan untuk memperbaikinya, karena mengacu kontrak masa pemeliharan pekerjaan selama enam bulan.

Disinggung faktor penyebab cepatnya kerusakan, kata Wedagunawan dikarenakan saat proses pengerjaan ruas jalan yang dilapisan colmik harus steril selama satu hari penuh dari lalulalang kendaraan. Namun yang terjadi di lapangan, baru beberapa saat selesai dikerjakan ruas jalan sudah dilintasi kendaraan. “Beda hotmik dengan colmik, kalau hotmik begitu selesai di padatakan sudah bisa dilintasi kendaraan, kalau colmik butuh waktu,” sebutnya.