Gianyar, Bali Tribune
Suasana magis diiringi riuh kentongan bambu yang dibunyikan ribuan warga, terjadi di Desa Pakraman Beng, Gianyar, Kamis (14/4). Iringan barong tapakan pun mengelilingi desa untuk mengusir wabah demam berdarah dengue (DBD) dan cikukunya, yang menyerang warga secara massal dalam sebulan terakhir ini.
Rangkaian prosesi ini diawali upacara pecaruan balik sumpah terpusat di catus pata dan perbatasan desa. Setelah itu seluruh krama berkumpul di Pura Dalem Beng sembari membawa kentongan dan alat bunyi-buyian lainnya. Usai prosesi pemendakan Bhatara Khayangan Tiga, ribuan warga mulai membunyikan kentongan dan alat lainnya, mereka pun mulai bergerak mengelingi desa.
“Karena wabah yang menyerang desa kami ini sifatnya massal dan membuat warga resah, atas petunjuk sulinggih dan pinandita kami memutuskan untuk menggelar Ritual Ngedeblag,” ungkap Jero Bendesa Beng, I Nyoman Wija.
Prosesi ini mengelilingi desa melalui jalan yang paling pinggir. Dengan prosesi ini, Tuhan yang berstana di Pura Khayangan Tiga setempat diharapkan dapat menetralkan wabah yang sedang melanda desa sekaligus mengembalikan keseimbangan alam mikro dan makro lantaran keresahan yang menimpa warga. Ritual ini rutin digelar setiap hari pengerupukan. Namun, ngedeblag juga digelar pada situasi tertentu seperti ketika warga diserang wabah DBD dan cikukunya.
Lurah Beng, Putu Pradana mengungkapan, dalam sebulan terkhir, ratusan warganya menderita cikukunya dan demam berdarah. Atas kondisi itu, sedikitnya sudah delapan kali menggelar PSN massal. Namun, wabah yang disebabkan gigitan nyamuk itu tetap menyerang. “PSN sudah berulang kali kami lakukan, namun masih saja ada waga kami terserang DBD dan cikukunya,“ terangnya.
Atas pertimbangan itu pihak adat memutuskan menggelar ritual Ngedeblag sesuai keyakinan desa secara turun temurun. “Mudah-mudahan dengan upaya sekala dan niskala ini dapat menumbuhkan kesadaran warga untuk selalu waspada dan selalu memperhatikan lingkungan, khususnya dalam memberantas jentik nyamuk,” harapnya.