BALI TRIBUNE - Puncak Karya Ngenteg Linggih, Mepedudusan Agung, Menawa Ratna, Mapadanan, Mapeselang, Medasar Tawur Balik Sumpah Utama, ngusaba desa lan ngusaba nini di Pura Desa lan Puseh Desa Pangsan, Kec. Petang dilaksanakan pada purnama sasih kawulu, Buda Umanis Prangbakat, Rabu  (31/1) lalu. Karya yang dipuput Ida Pedanda Gd Ngr Putra Keniten Gria Kediri Sangeh, dihadiri Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa, Camat Petang IB Nata Manuaba, Perbekel Pangsan, Bendesa Adat Pangsan, Kelian Banjar dan Krama Desa setempat.

Wabup Suiasa memberikan apresiasi atas semangat krama desa adat Pangsan yang telah mampu melaksanakan karya yang utama ini. Hal ini sebagai satu bukti bahwa krama Pangsan tetap menjaga rasa persatuan dan kesatuan dalam melaksanakan salah satu konsep ajaran Agama Hindu, Tri Hita Karana khususnya dibidang Parahyangan. 

Untuk itu Suiasa mengharapkan dalam pelaksanaan karya ini, harus didasari hati yang suci dan tulus iklas untuk beryadnya serta sagilik, saguluk, salunglung, sabayantaka. Dijelaskan, kehadiran pemerintah, sebagai wujud ikut ngrastitiang semoga karya dapat berjalan dengan baik. Selain itu Pemkab Badung juga mendukung karya ini melalui bantuan hibah sebesar Rp. 1,1 Miliar.

Ketua Panitia Karya, Gusti Ketut Karyana melaporkan, karya ini dilaksanakan dalam kurun waktu 30 tahun dan membutuhkan biaya yang cukup besar. Namun krama Desa Adat Pangsan patut bersyukur karena Pemkab Badung telah membantu pelaksanaan karya melalui bantuan dana hibah. Untuk itu atas nama krama desa adat Pangsan, menyampaikan terimakasih kepada Pemkab Badung yang selalu mendukung dan meringankan beban masyarakat dalam melaksanakan pembangunan maupun upacara yadnya seperti ini.

"Program dan kegiatan Pemkab Badung sudah sangat kami rasakan baik bidang pendidikan, kesehatan maupun seni budaya. Kami akan siap mendukung program dan kebijakan bupati badung, " terangnya.

Ditambahkan, mengenai dudonan karya telah dilaksanakan upacara melaspas dan mendem pedagingan, kemudian pada (21/1) dilaksanakan upacara melasti ke segara batu bolong. Sementara tawur pada (25/1) dengan menggunakan sarana ayam, bebek, angsa, kambing, kebo dan lainnya.