Penelitian di Situs Gelang Agung, Arkeolog Lagi Temukan Situs Baru | Bali Tribune
Bali Tribune, Kamis 26 Desember 2024
Diposting : 29 April 2017 13:28
I Made Darna - Bali Tribune
candi
CANDI PURBA - Arkeolog kembali Temukan Kolam dan Dasar Candi Purba Kala.

BALI TRIBUNE - Situs Gelang Agung kembali diteliti oleh para arkeolog dari Balai Arkeologi Bali, Wilayah Kerja Bali-Nusra.

Dalam penelitian tahun ke-5, yang berlangsung dari 21 April-4 Mei 2017 ini, para arkeolog kembali menemukan struktur dasar bangunan kuno yang diduga berupa candi atau “petirtan” di kawasan Pura Gelang Agung, Banjar Buangga, Desa Getasan, Kecamatan Petang, Badung.

Temuan berupa tumpukan batu padas ini diduga kuat merupakan sambungan dari temuan tahun-tahun sebelumnya yang sudah dimulai sejak tahun 2013. Dimana dari hasil penelitian arkeolog dan temuan masyarakat, di kawasan Pura Gelang Agung sebelumnya telah lebih dulu ditemukan berbagai peninggalan purbakala yang diperkirakan abad-13.

Mulai dari arca lingga, nandi, wisnu diatas burung garuda, siwa, puncak candi, hingga lambang pintu dan batu. Di bawah bangunan pura juga beberapa kali ditemukan struktur bangunan purba kala di titik yang berbeda yang membuktikan bahwa ditempat tersebut dulu pernah ada aktivitas kebudayaan.

Dari pantuan koran ini, Jumat (28/4) kemarin, temuan baru di temukan di timur bangunan utama (utama mandala) pura, tepatnya disisi luar pura.

Pada ekskavasi (penggalian) yang melibatkan 12 arkeolog ini, ada dua kotak ekskavasi yang dilakukan. Masing-masing kotak berukuran 2x2 meter dengan jarak sekitar 2 meter. Nah, struktur bangunan purba kala ini ditemukan tepat di kotak pertama dengan kedalaman 2,5 meter yang berada disisi timur bagian utara.

Struktur bangunan ini diduga sebuah sudut bangunan yang tersambung dengan temuan tahun sebelumnya yang ada di dalam areal pura. Selain berupa sudut bangunan kuno, arkeolog juga menduga ada sebuah kolam yang diduga sebuah petirtan atau tempat permandian di kawasan itu. Itu diperkuat dengan adanyan kolam dan tempat lingga lengkap dengan saluran airnya.

Sementara di kotak kedua yang berada di sisi timur bagian selatan, ditemukan beberapa batu padas yang diduga serpihan dari bangunan atau candi. Atas temuan di kotak kedua ini, penelitian belum bisa menyimpulkan peninggalan apa yang terkubur karena hampir sebagian besar temuan sudah hilang dan rusak.

“Dari hasil ekskavasi, sudah bisa kita pastikan bahwa di tempat ini dulu pernah ada bangunan, bisa berupa candi atau petirtan. Itu diperkuat dengan adanya temuan permukaan berupa arca dan struktur bangunan di bawah tanah,” kata I Gusti Made Suwarbhawa, selaku kepala Balai Arkeologi Bali, wilayah kerja Bali-Nusra, Jumat (28/4).

Namun, pihaknya belum berani menyimpulkan wujud bangunannya. Pasalnya, penelitian masih terus berlanjut. “Bentuk pastinya belum. Tapi, sudut-sudut dasar bangunan sudah kita temukan. Dan ini nyambung antara di dalam dan di luar pura,” imbuhnya. Temuan terbaru, kata dia, selain menemukan sudut tenggara dari bangunan kuno tersebut, pihaknya juga menemukan sebuah kolam dalam bagian struktur tersebut.

“Sekarang kita juga temukan bangunan kolam. Jadi kalau kita perkirakan di tempat ini bisa ada bangunan candi atau bisa juga pertitan. Pastinya tentu harus kita teliti lagi,” terangnya. Dikatakan pula bahwa dari temuan yang ada saat ini benda bersejarah yang ada Situs Pura Gelang Agung diduga kuat merupakan peninggalan abad ke11-13 Masehi.

“Dari bentuk peninggalan kuat dugaan kita ini peninggalan abad ke 13. Cuma apakah ini peninggalan kerajaan atau petirtan milik desa pakraman saat itu, kami belum bisa pastikan,” katanya. Suwarbhawa menduga benda-benda bersejarah ini hancur dan tertimbun tanah lantaran berbagai fenomena alam yang pernah terjadi di masa lampau. Diantaranya gunung meletus, tanah longsor hingga banjir. Itu dibuktikan dengan adanya beragam tekstur tanah yang menimbun dasar bangunan.

“Kalau dilihat dari jenis tanah, mungkin dulu bangunan ini rusak dan tertimbun karena gunung meletus, longsor dan banjir. Karena setelah digali diatas struktur (bangunan) ada lapisan berupa material gunung berapi, pasir dan tanah,” jelasnya. Dalam melakukan penelitian, pihaknya mengaku sebisa mungkin menghindari perusakan bangunan yang sudah ada. Pasalnya, di kawasan ini sudah berdiri banguan pura yang disucikan oleh masyarakat sekitar.

Namun untuk penelitian setiap benda yang dianggap bersejarah akan tetap diteliti. Untuk saat ini benda-benda peninggalan bersejarah berupa arca telah dibuatkan bangunan gedong arca. Sebelumnya arca-arca yang kini tersimpan di gedong arca ditemukan pertama kali oleh masyarakat sekitar dalam kondisi berserakan di bawah pohon jepun sekitar tahun 1990an.

Sejumlah batu padas yang diduga bangunan candi juga sudah dirusak lantaran diambil oleh masyarakat untuk membangun pura. “Sebagian memang sudah rusak, tapi dengan hasil penelitian ini sebisa munglkin kita akan rekontruksi ulang. Cuma kan untuk kesitu (merekonstruksi, red) perlu waktu,” pungkasnya.