Sebut Mutu Pendidikan di NTT Terendah di Indonesia, PENA NTT Desak Agar Mendikbud RI Mundur | Bali Tribune
Bali Tribune, Kamis 26 Desember 2024
Diposting : 6 December 2017 21:48
I Wayan Sudarsana - Bali Tribune
Mendikbud
Para ikatan PENA NTT saat membahas pernyataan Mendikbud RI, kemarin di Denpasar.

BALI TRIBUNE - Pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI Muhadjir Effendy, sebagaimana dilansir sejumlah media nasional, menuai kecaman dari berbagai elemen masyarakat Nusa Tenggara Timur. Pasalnya, dalam pernyataannya, Mendikbud terkesan menyudutkan NTT.

Kecaman misalnya datang dari 38 wartawan asal NTT di Bali, yang tergabung dalam Perhimpunan Jurnalis (PENA) NTT. Para jurnalis ini berpandangan, apa yang dilontarkan Mendikbud terkait kualitas pendidikan di Indonesia yang lebih rendah dari negara lainnya, justru mengambinghitamkan NTT.

"Kami mengecam pernyataan Mendikbud Muhadjir Effendy, yang justru menciptakan opini bahwa siswa-siswi di NTT adalah yang paling bodoh di Indonesia," ujar Koordinator PENA NTT, Emanuel Dewata Oja, dalam jumpa pers di Denpasar, Selasa (5/12).

Menurut dia, memang Mendikbud dalam pernyataannya tidak secara langsung menyebutkan hal tersebut. Namun pernyataan Mendikbud tersebut bersayap, dan memberikan kesan bahwa seolah - olah NTT adalah daerah paling bodoh di Indonesia.

"Apa yang dilontarkan Mendikbud, sudah melukai hati masyarakat NTT di seluruh dunia. Sangat tidak elok seorang pejabat selevel Menteri, malah membuat pernyataan yang menyesatkan," tandas Emanuel.

Karena itu, menurut dia, PENA NTT mendesak Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) untuk mengevaluasi Mendikbud RI Muhadjir Effendy. "Kalau perlu Presiden Jokowi mencopot Mendikbud dari jabatannya," tegas Emanuel.

Dikatakan, dalam pernyataan tersebut, Mendikbud secara tersirat mengakui bahwa kualitas pendidikan di NTT masih sangat rendah. "Ini Mendikbud sama saja dengan menepuk air dalam dulang, meludah ke atas. Pendidikan itu tanggung jawab Mendikbud, lalu ke mana dia selama ini?" tandasnya.

PENA NTT pun mendesak Mendikbud untuk segera mengklarifikasi pernyataannya. "Mendikbud harus klarifikasi ini. Kami juga akan kirimkan somasi, serta akan menggelar aksi di Denpasar," kata Emanuel, yang didampingi jurnalis NTT lainnya di Bali.

Sebelumnya, sejumlah media memberitakan soal Indonesia yang selalu berada di posisi bawah daftar peringkat Program for International Students Assessment (PISA). Tak ingin masuk papan bawah terus, Kemendikbud bakal mengawal proses metodologi pemeringkatan PISA.

Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan, saat menghadiri pertemuan UNESCO di Paris November lalu, ada pertemuan dengan pimpinan pengelola PISA. "Mereka yang meminta bertemu saya," kata Muhadjir, di Jakarta.

Dalam pertemuan itu, Muhadjir menyampaikan kritik terkait metodologi yang digunakan dalam pemeringkatan PISA. Ada sejumlah metodologi pemeringkatan PISA yang disorot. Di antaranya, pengambilan sampel survei atau penelitian.

Muhadjir mencontohkan untuk Tiongkok, sampel yang diambil ternyata berasal dari Shanghai dan Guangzhou saja. "Saya khawatir yang dijadikan sampel Indonesia adalah siswa-siswa dari NTT semua," tuturnya.

Dalam pemeringkatan PISA 2015, posisi Indonesia berada di urutan ke-72. Indonesia kalah jauh oleh Vietnam yang nangkring di urutan ke-8. Posisi Indonesia hanya lebih baik ketimbang Peru, Lebanon, Tunisia, dan Brasil.