Gianyar, Bali Tribune
Seorang seniman paruh baya, I Wayan Rajeg (57) warga Banjar Pakudui, Kedisan, Tagallalang sangat antusias mengikuti Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) Paket B. Meski sudah bercucu, seniman serba bisa ini menunjukkan keseriusannya mengikuti ujian hari kedua, Selasa (10/6).
Dengan percaya diri, Rajeg menjawab semua soal dengan yakin, bahkan dia tidak peduli dengan rekan-rekannya yang terlihat kesulitan menjawab soal. Sesekali dia mengernyitkan dahinya saat menjawab soal ujian Paket B yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Menengah Kabupaten Gianyar, di SDN 5 Tegallalang. “Lumayan susah soal-soal ujiannya. Tapi syukurlah dapat saya jawab dan yakin pasti benar,” yakinnya.
Meski tak muda lagi, kakek dua cucu ini mengaku tidak malu apalagi minder mengikuti ujian. Selama masih bernapas, baginya pantang untuk tidak menuntut ilmu. “Pendidikan itu penting sekalipun sudah tua, kayak saya,” kata mantan Bendesa Adat Pakudui ini.
Pernyataan kakek kelahiran 21 Agaustus 1959 ini memang dibuktikan dengan keseriusannya mengikuti UN. Rajeg tercatat sebagai siswa Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Widya Merta Shanti Tegalalalang. Sebelum mengikuti ujian, Rajeg mengaku sudah melakukan persiapan dengan cara belajar agar bisa sukses menyelesaikan dan lulus ujian nasional.
“Selama tiga tahun mengikuti pelajaran setiap hari Jumat dan Minggu, saya berupaya untuk tidak absen. Kecuali ada upacara adat yang tak mungkin saya tinggalkan,” terangnya.
Kakek yang sehari-hari sebagai pematung Garuda Wisnu ini bertekad untuk mendapatkan ijazah setara SMP dan selanjutnya ingin melanjutkan ke Paket C. “Dula saya hanya sekolah sampai SD itupun tak tamat. Kemudian setelah menikah, saya melanjutkan program oper A sejenis Paket A. Kini ikut program Paket B. Setelah lulus di paket B, mudah-mudah saya masih dikasi umur untuk bejar dan melanjutkan ke Paket C,“ harap suami Ni Wayan Genep ini.
Menurutnya, bagi sebagian orang mungkin berpendapat jika sudah tua, ijazah itu tidak ada gunanya. Apalagi kini ijazah dapat dibeli, seperti banyak diberitakan di media massa. “Saya sudah banyak mendapatkan ilmu di lapangan karena pengalaman. Namun saya butuh ilmu formal. Bagi saya, meski besok mati, setidaknya saya bisa memberi contoh kepada generasi bangsa ini,” tambahnya. Meski tamatan kejar paket, Rajeg bangga karena anak-anaknya semua sudah sarjana.
Sementara pengelolan PKBM Widya Merta Shanti, Nyoman Udyatmika menyebutkan, untuk tahun ini UNPK Paket B di tempatnya diikuti 25 orang dari 29 orang yang ikut program. Sementara empat lainnya tidak mengikuti ujian karena situasi dan kondisi tertentu.