Kisah Pilu Balita Penderita Kelainan Otak, Tergolek Lemas, Makan Bubur pun Diblender | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 27 Desember 2024
Diposting : 30 December 2017 11:19
Agung Samudra - Bali Tribune
RSUP Sanglah
Ni Kadek Nata Nia Putri digendong orangtuanya

BALI TRIBUNE - Penderitaan maha berat harus dijalani balita asal Banjar Cepunggung, Desa Bangbang,Tembuku, Ni Kadek Nata Nia Putri (4). Sejak  lahir hingga  usianya mau menginjak lima tahun, anak kedua pasutri  Ni Komang  Ayu Diarasita (31) dan Komang Begbeg Arsana (41), harus  tergolek lemas diranjang tempat tidur karena menderita kelainan otak.

Berbagai upaya telah dilakukan kedua orangtuanya untuk kesembuhan putrinya itu. Karena terbentur biaya, untuk pengobatan tidak bisa rutin dilakukan.

Ditemui di rumahnya, Ni Komang  Ayu Diarasita  mengatakan, untuk penyakit yang diderita putrinya itu memang sudah terlihat sejak baru dilahirkan. Sambil menggendong Kadek Nata, Ni Komang Ayu Diarasita menceritakan kalau pada masa kehamilannya ia rajin  melakukan kontrol  ke bidan.

”Setiap bulan saya  rutin kontrol kandungan ke bidan, waktu itu dikatakan kalau kondisi kandungan normal,” sebutnya.

Di usia kandungan  menginjak enam bulan, kata Diarasita, dirinya sempat jatuh saat mengendarai sepeda motor. Karena takut akan terjadi masalah dengan  kandungannya, ia langsung datang  ke bidan langganannya. ”Kata bidan kondisi kandungan tidak apa-apa  atau normal-normal saja,”ujar Ayu Diarasita.

Sambil memperbaiki posisi putrinya yang digendong, ia mengatakan tiga bulan setelah kecelakaan atau usia kandungan menginjak sembilan bulan , ia merasakan rasa sakit  di bagian perut  dan selanjutnya diantar suami ke RSUD Bangli. Ternyata dari hasil pemeriksaan medis, air ketubannya sudah pecah.

 Karena tidak ingin terjadi hal-hal tidak diinginkan, tim medis langsung mengambil tindakan yakni  melakukan operasi Caesar. “Waktu diangkat dari kandungan anak saya tidak menangis dan kejang-kejang,“ sebutnya.

Melihat kondisi anaknya, selanjutnya  tim medis merujuk ke RSUP Sanglah Denpasar. ”Di Sanglah saya satu bulan penuh,15 hari anak saya dirawat di Ruang  ICU, kemudian baru dipindah ke Ruang  Cempaka” kata Ayu Diarasita di dampingi Kadus Cepunggung, Ketut Adnyana.

Setelah kondisi anaknya dinyatakan  membaik, akhirnya  diperbolehkan pulang dengan  syarat harus rutin menjalani  kontrol. Dari hasil diagnosa dokter yang menangani, dikatakan kalau anaknya  menderita kelainan otak yang berimbas tidak bisa bergerak, melihat dan mendengar secara normal. “Untuk kontrol  langsung datang ke tempat praktik dokter spesialis anak di Denpasar,” imbuhnya.

Ia mengaku merasa sedih, karena  saat diantar kontrol, acap kali putrinya menangis histeris di tengah jalan. “Jarak dari dusun kami ke Denpasar hampir 70 kilometer, itupun ke Denpasar  dengan  naik sepeda motor, mungkin merasa lelah, anak saya sering menangis histeris,“ duganya.

Untuk biaya sekali kontrol Diarasita mengaku harus merogoh kantongnya Rp 800 ribu dengan rician Rp 100 ribu biaya  konsultasi dan Rp 700 ribu untuk obat. Memang, kata dia, ada kartu Indonesia Sehat (KIS)  tapi untuk kontrol ke dokter swasta tidak berlaku makanya kadang kalau uang pas-pasan, beli obatnya hanya separuh resep.

Selain biaya per bulan untuk kontrol, ia juga harus menanggung pembelian popok dan susu. Untuk popok 1 bal isi 22 lembar habis  dalam hitungan seminggu, karena dalam sehari membutuhkan 3 lembar. Sedangkan untuk susu berat 750 gram habis dalam waktu enam hari.

Disinggung untuk  makanan yang dikonsumsi putrinya  sehari-hari, wanita berbadan tambun ini mengungkapkan untuk  makan hanya bubur dan itupun harus diblender terlebih dahulu. ”Untuk berat badan anak saya memang kurang, di usianya menginjak  lima tahun hanya 10 kilogram," sebutnya.

Kalau  mengandalkan penghasilan suaminya sebagai pekerja swasta dan dari hasilnya  membuka usaha kue kecil- kecilan ,ia mengaku kelabakan mempersiapkan biaya untuk kontrol dan membeli susu  dan pempers. Ia berharap bantuan pemerintah atau para dermawan untuk bisa meringankan  beban hidupnya.

Kadus Cepunggung, Ketut Adnyana berharap banyak agar  ada uluran tangan baik itu dari pemerintah, swata atau yayasan untuk bisa membantu meringankan kebutuhan  keseharian dari Kadek Nata Nia Putri. Ia menambahkan dari total jumlah penduduk Dusun Cepunggung sebanyak 143 KK, sebanyak 11 KK masuk kategori keluarga miskin.