Tabanan, Bali Tribune
Segala yang melekat pada manusia selama masa hidupnya di dunia pada hakikatnya bukanlah milik manusia. Karena barang-barang dan harta benda yang diperoleh di dunia semasa hidupnya tidak satupun yang dapat dibawa saat mati.
“Hanya bekal hasil perbuatan baik saja yang akan menyelamatkan di kehidupan mendatang agar bisa lebih baik dari sekarang,” demikian disampaikan Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta saat menghadiri upacara Melaspas dan Mendem Pedagingan di Pura Dalem Desa Pakraman Sandan, Desa Wongaya Gede, Penebel, Tabanan pada Kamis (25/8) kemarin.
“Kita hidup didunia tidak membawa apa-apa, semua yang kita miliki bersifat sementara. Karena saat mati, semua itu (Harta-red) tidak akan kita bawa. Yang kita bawa hanyalah karma yang kita lakukan selama didunia, untuk itu terus lakukan hal yang baik,” ucap Sudikerta.
Ditambahkan Sudikerta, dalam menjalani hubungan di kehidupan didunia manusia harus berpegangan pada filosofi Tri Hita Karana yang menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, alam dan sesama manusia. Prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan menghindari daripada segala tindakan buruk. Hidupnya akan seimbang, tenteram, dan damai.
“Kita hidup didunia harus terus melakukan dan menjalankan ajaran agama sesuai dengan filosofi Tri Hita Karana yakni meliputi hubungan dengan sesama manusia (Pawongan), hubungan dengan alam sekitar (Palemahan), dan hubungan dengan ke Tuhan (Parhyangan) yang saling terkait satu sama lain,”pungkasnya.
Sudikerta yang dalam kesempatan tersebut didampingi Kepala Biro Hukum dan HAM Setda Bali Wayan Sugiada juga menyinggung terkait pelaksanaan yadnya di masyarakat yang banyak dilakukan secara berlebihan. Orang nomor dua di Provinsi Bali tersebut mengatakan, untuk menjalankan yadnya masyarakat banyak yang sampai menjual harta, warisan bahkan hingga mencari hutang.
“Kalau kita melakukan yadnya, ukur kemampuan diri jangan sampai berlebihan. Berapa yang kita punya, segitu kita haturkan. Jangan sampai menjual harta, warisan, bahkan sampai ngutang hanya untuk melaksanakan yadnya yang salah atau berlebihan. Untuk melaksanakan Yadnya harus dengan tulus iklas, karena pelaksanaan yadnya harus memiliki tujuan yang baik sehingga persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi dapat diterima dengan baik juga,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Ketua Majelis Utama Subak se-Bali Gede Ketut Sanjiharta, Anggota DPRD Kabupaten Tabanan I Made Asta Dharma. Usai melaksanakan persembahyangan, Wagub Sudikerta juga menyerahkan Punia yang diterima langsung oleh Bendesa Adat Sandan Wayan Widastra.