Tabanan, Bali Tribune
Persatuan Wartawan Tabanan (Pewarta) memberikan bantuan kepada keluarga Ni Wayan Mitriasih (32) di Banjar Bunutin, Desa Payangan, Kecamatan Marga, Tabanan, Kamis ( 19/5). Bantuan berupa uang tunai sebesar Rp 6,7 Juta tersebut bersumber dari kas Pewarta dan sumbangan sejumlah donatur. Wayan Mitriasih sambil menggendong anaknya I Kadek Evan Mira Pramana (4 ) penderita pembengkakan pembuluh darah pada mulut menerima bantuan itu yang diserahkan Ketua Pewarta Tabanan I Ketut Sugina.
Saat dikunjungi Pewarta, Wayan Mitriasih mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan yang diberikan. Karena memang selama ini kondisi ekonominya nyaris lumpuh. Praktis ia tidak bekerja karena harus mengurus anaknya menderita pembengkakan pembuluh darah sejak berumur 9 bulan yang hingga berumur 4 tahun belum sembuh. Apalagi suaminya Edi Mira Yanto (33) tertimpa musibah kecelakaan lalulintas, paha kirinya patah terlindas truk. Kini kondisi Edi Mira Yanto hanya bisa terbaring lemas di dalam kamarnya. “Anak dan suami saya butuh perhatian dan perawatan jadi saya putuskan untuk tidak bekerja,” jelasnya.
Sebelum suaminya tertimpa musibah kecelakaan lalulitas bulan April 2016 lalu, kebutuhan pokok keluarganya masih bisa ditangani.
Ketua Pewarta Tabanan I Ketut Sugina mengatakan bantuan yang diserahkan kepada keluarga Mitriasih selain bersumber dari kas Pewarta juga berasal dari beberapa dontaur. Jumlah total uang yang terkumpul sebesar Rp 6,7 Juta “Kami berharap bantuan ini bisa membantu meringankan beban keluarga Mitriasih, dan bisa dipakau biaya berobat anak dan suaminya,” jelas Sugina.
Seperti berita sebelumnya, Mitriasih menuturkan, anaknya I Kadek Evan Mira Pramana (4) menderita pembengkakan pembuluh darah sejak usia sembilan bulan. Awalnya pada bagian kanan mulutt anaknya membiru. Melihat kondis anaknya seperti itu ia kemudian memeriksakan anaknya ke dokter sepesialis BRSUD Tabanan. Oleh dokter anaknya dinyatakan tidak mengalami apa-apa hanya diberikan obat saja. Semakin lama, kondisi anaknya semakin aneh dan memburuk. Ketika suasana hati anaknya gerah, secara otomatis mulutnya membesar bengkak. Kondisi itu berakhir ketika suasana hati anakya kembali tenang dan otomatis bengkak di mulutnya hilang. "Saya waktu itu bawa ke dokter lagi dan dibilang anak saya alami pembengkakan pembuluh darah," ujarnya.
Karena tidak ada perubahan, ia kemudian memutuskan merujuk anaknya ke RS Sanglah. Berdasarkan informasi dari RS Sanglah dinyatakan kalau obat dari sakit yang diderita anaknya tidak ada. Dan akan normal kembali ketika waktu berjalan. Waktu itu ia hanya diberikan obat daya tahan tubuh. "Obat daya tahan tubuh diberikan seperti tetes, dan dianjurkan untuk operasi tapi belum cukup umur," tambah Mitriasih.
Informasi dari pihak rumah sakit mengenai rencana operasi itu juga belum mendapatkan kejelasan sampai sekarang. Ketika itu disuruh dokter supaya tetap menjaga dan memberikan obat daya tahan tubuh agar tidak lesu. "Saya belum tahu umur kapan bisa operasi, pasalnya sekarang belum cek up masih fokus ke suami saya yang patah pahanya," jelas Mitriasih. Kondisi anaknya yang selalu kumat membuat ia tidak berani meninggalkan kemana mana apalagi bekerja.
Karena keterbatasan biaya, ia kini hanya mengandalkan pengobatan alternative. Apalagi belum punya Kartu JKBM, selama ini ia bserobat menggunakan pembayaran jalur umum. Anggota keluarga yang berjumlah 8 orang hanya mengandalkan hidup dari I Made Payu (56) ayah dari Mitriasih. Mengandalkan sebagai buruh bangunan yang upahnya tidak seberapa. Apalagi sekarang ia harus merawat suaminya Edi Mira Yanto (33) yang mengalami patah paha kiri. Musibah yang dialami Yanto terjadi saat
saat membawa material pasir ke Banjar Mas, Desa Sayan Kecamatan Ubud Gianyar. Dimana saat itu, suaminya yang mengecek keadaan ban truk, tiba-tiba truknya tersebut berjalan maju, yang mengakibatkan paha kaki kirinya tersebut patah akibat tergencet. "Saat ini belum bisa bekerja, saya juga tidak bisa bekerja karena merawat suami, anak dan mertua saya," ujarnya lirih.