Mangupura, Bali Tribune
Rasa sedih tidak bisa diluapkan oleh Ny.Seniasih Giri Prasta ketika menengok warganya yang alami kejiwaan dan kulit bersisik. Ironisnya, penyakit yang diderita warganya ini justru terjadi sejak lama dan tidak tersentuh pemerintah.
Adalah, Ni Nyoman Leni (40) atau lebih dikenal dengan Ni Wayan Kayun, penderita gangguan mental asal Banjar Wanasari, Desa Sulangai, Kecamatan Petang, di kunjungi pertama oleh istri Bupati Badung beserta rombongan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (K3S) Badung.
Melihat kondisi warganya ini, Ny Seniasih Giri Prasta mengaku sangat terketuk, dan saat itu juga memerintahkan unit terkait melakukan langkah-langkah penanganan.
Ni Wayan Leni, yang hidup sebatang kara sejak kecil, kesehariannya menempati ruangan yang pengap. Kesehariannya, Leni dirawat oleh kakak kandungnya, Ketut Sudirta.
Tak hanya Leni, masih satu kerabat dengan dia, ada juga penderita gangguang jiwa yaitu I Wayan Astawa (34). Namun kondisi Astawa jauh lebih baik, dan masih bisa diajak berkomunikasi. Baik Leni maupun Atawa sudah keluar masuk Rumah Sakit Jiwa Bangli. "Sudah sering dirawat di Bangli, disana sudah dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang, tapi tak beberapa lama kumat lagi,"ungkap Sudirta dihadapan Ny.Seniasih.
Pihak keluarga mengakui memutuskan mengurung Leni pada sebuah kamar, itu lantaran sering mengamuk. Melihat kondisi warganya ini, Ny. Seniasih langsung berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk penanganan lebih lanjut.
"Harus segera ditangani, upayakan agar bisa kembali dirawat di RSJ Bangli, dan biayanya ditanggung pemerintah. Bila nanti sudah pulih, pengobatannya harus tetap jalan,"tegasnya dan memastikan bahwa untuk penderita gangguan kejiwaan pengobatannya seharusnya tidak boleh putus.
Sebelumnya, Ny. Seniasih bersama rombongan juga sempat mengunjungi dan memberikan bingkisan kepada kakak beradik penderita penyakit kulit bersisik, Agus Gustiawan (18) dan Ni Made Sukma Dewi (12). Keduanya adalah warga Banjar Angantiga, Desa Petang, Kecamatan Petang.
Dihadapan keluarga bersisik ini, dijelaskan bahwa kedua anak ini mengalami sakit Ictiosis Lamelar/Vulgaris. Yakni, terjadi kelainan pada terbentuknya lapisan kulit epidermis yang terlalu cepat. Penyakit ini merupakan penyakit tidak menular.
Selama ini, pihak keluarga mengaku untuk pengobatannya hanya dioleskan semacam pelembab dan cream, yang merupakan bantuan dari yayasan luar negeri.
Meski sulit diobati, Ny Seniasih meminta Dinas Kesehatan dalam hal ini Puskesmas Petang untuk secara rutin memeriksa kesehatan keduanya semaksimal mungkin.