‘Utusan Pingit’ Pura Samuantiga ke Desa-desa | Bali Tribune
Bali Tribune, Kamis 26 Desember 2024
Diposting : 2 May 2017 18:58
redaksi - Bali Tribune
ngambeng
Tradisi Ngambeng dimana anak-anak mengumpulkan perlengkapan upacara dari rumah-rumah penduduk.

BALI TRIBUNE - Menjelang upacara di Pura Samuan Tiga, Bedulu, ratusan anak-anak dari Desa Bedulu dan Tengkulak, Kemenuh, menyebar ke desa-desa. Dengan berpakaian adat madya, anak-anak ini mendatangi rumah-rumah  penduduk, warung hingga toko untuk  mengumpulkan perlengkapan  upacara.  Dalam tradisi Ngambeng ini, anak-anak setempat  diyakini sebagai utusan pingit.

Pantauan Bali Tribune, secara berkelompok, anak-anak menyebar di pedesaan sembari menggotong segala macam perlengkapan upacara, sepanjang Senin (1/5). Barang bawaannya ini, didapatkan dari rumah-rumah penduduk. Warga yang dikunjungi juga wajib  menyapa kedatangan anak-anak ini yang diyakini sebagai utusan dewa.  Melalui anak-anak ini pula,  warga menunjukkan ketulusannya menghaturkan segala macam hasil bumi.

Wayan Putrawan (8), seorang bocah asal Banjar Goa, Bedulu, yang ditemui bersama kelompoknya, mengaku  setiap hari dalam sepekan tarakhir ini, melaksanakan tradisi ngambeng.  Mereka memilih ke jalur Goa Gajah hingga Tengkulak Kaja.  Sementara kelompok anak-anak perempuan dipimpin I Gus Ayu  Cahaya Dewi (90 asal Banjar Lebah, Bedulu, memilih berkeliling di seputaran Desa Bedulu. ”Kami sudah mendapatkan beras, dupa, kelapa serta beberapa uang tunai. Bila sudah cukup, kami akan haturkan ke Pura Samuan Tiga,” terangnya.

Secara terpisah,  Ketua Pura  Samuan Tiga, I Wayan Patera, menyebutkan,  tradisi Ngambeng ini  digelar  setahun sekali menjelang upacara  di Pura  Samuan Tiga. Dalam tradisi ini juga dinilai sangat positif untuk menanamkan rasa kebersamaan dan ketulusan. “Tanpa memandang golongan ekonomi keluarganya, anak-anak ini mempertahankan kejujuran kolektif dan pribadi. Menuju pura, mereka memastikan  semua perlengkapan itu utuh,” ungkapnya.

Lanjutnya, para pengurus pura juga telah menyiapkan nasi pica. Yakni berupa nasi sayur.  Setelah lelah berkeliling desa seharian, nasi pica (nasi lengkap lauk)  dinikmati bersama di prantenan pura. Bagi mereka yang masih betah di pura, usai makan, mereka membantu membuat canang sesajen.

Tambah Patera, Simbol-simbol kebersamaan selalu ditonjolkan dalam setiap tradisi di Pura Samuan Tiga. Terlebih,  pura setempat  adalah saksi penyatuan sekta-sekta yang sempat memecah persatuan umat Hindu di Bali. Atas gagasan Empu Kuturan  pada zaman Bali Kuna, raja se-Bali bersaksi di hadapan Tuhan yang berstana di Pura Samuan Tiga  dan  mengikrarkan  kemanunggalan  umat Hindu dalam konsepsi khayangan tiga.