BALI TRIBUNE - Menjelang upacara di Pura Samuan Tiga, Bedulu, ratusan anak-anak dari Desa Bedulu dan Tengkulak, Kemenuh, menyebar ke desa-desa. Dengan berpakaian adat madya, anak-anak ini mendatangi rumah-rumah penduduk, warung hingga toko untuk mengumpulkan perlengkapan upacara. Dalam tradisi Ngambeng ini, anak-anak setempat diyakini sebagai utusan pingit.
Pantauan Bali Tribune, secara berkelompok, anak-anak menyebar di pedesaan sembari menggotong segala macam perlengkapan upacara, sepanjang Senin (1/5). Barang bawaannya ini, didapatkan dari rumah-rumah penduduk. Warga yang dikunjungi juga wajib menyapa kedatangan anak-anak ini yang diyakini sebagai utusan dewa. Melalui anak-anak ini pula, warga menunjukkan ketulusannya menghaturkan segala macam hasil bumi.
Wayan Putrawan (8), seorang bocah asal Banjar Goa, Bedulu, yang ditemui bersama kelompoknya, mengaku setiap hari dalam sepekan tarakhir ini, melaksanakan tradisi ngambeng. Mereka memilih ke jalur Goa Gajah hingga Tengkulak Kaja. Sementara kelompok anak-anak perempuan dipimpin I Gus Ayu Cahaya Dewi (90 asal Banjar Lebah, Bedulu, memilih berkeliling di seputaran Desa Bedulu. ”Kami sudah mendapatkan beras, dupa, kelapa serta beberapa uang tunai. Bila sudah cukup, kami akan haturkan ke Pura Samuan Tiga,” terangnya.
Secara terpisah, Ketua Pura Samuan Tiga, I Wayan Patera, menyebutkan, tradisi Ngambeng ini digelar setahun sekali menjelang upacara di Pura Samuan Tiga. Dalam tradisi ini juga dinilai sangat positif untuk menanamkan rasa kebersamaan dan ketulusan. “Tanpa memandang golongan ekonomi keluarganya, anak-anak ini mempertahankan kejujuran kolektif dan pribadi. Menuju pura, mereka memastikan semua perlengkapan itu utuh,” ungkapnya.
Lanjutnya, para pengurus pura juga telah menyiapkan nasi pica. Yakni berupa nasi sayur. Setelah lelah berkeliling desa seharian, nasi pica (nasi lengkap lauk) dinikmati bersama di prantenan pura. Bagi mereka yang masih betah di pura, usai makan, mereka membantu membuat canang sesajen.
Tambah Patera, Simbol-simbol kebersamaan selalu ditonjolkan dalam setiap tradisi di Pura Samuan Tiga. Terlebih, pura setempat adalah saksi penyatuan sekta-sekta yang sempat memecah persatuan umat Hindu di Bali. Atas gagasan Empu Kuturan pada zaman Bali Kuna, raja se-Bali bersaksi di hadapan Tuhan yang berstana di Pura Samuan Tiga dan mengikrarkan kemanunggalan umat Hindu dalam konsepsi khayangan tiga.