Seluruh Elemen Harus Jadi Pioner Gerakan Basmi Radikalisme | Bali Tribune
Bali Tribune, Minggu 01 Desember 2024
Diposting : 2 June 2017 18:35
San Edison - Bali Tribune
GRAK
Kelompok masyarakat yang menamakan diri Gerakan Anti Radikalisme (GRAK) melakukan audiensi dengan DPRD Provinsi Bali, Rabu (31/5)

BALI TRIBUNE - Kelompok masyarakat lintas agama, ras dan golongan di Bali, yang menamakan diri Gerakan Anti Radikalisme (GRAK) melakukan audiensi dengan DPRD Provinsi Bali, Rabu (31/5). Mereka diterima Ketua DPRD Provinsi Bali Nyoman Adi Wiryatama, Ketua Komisi I DPRD Provinsi Bali Ketut Tama Tenaya dan anggota Komisi II DPRD Provinsi Bali AA Ngurah Adhi Ardhana.

Dalam audiensi ini, GRAK menilai intoleransi dan perpecahan ‎di Indonesia sudah berada di depan mata. Oleh karena itu, GRAK meminta DPRD Provinsi Bali bergerak cepat melakukan gerakan turun ke masyarakat dan juga lembaga pendidikan.‎

Bukan hanya itu, dari TNI/Polri dan seluruh elemen masyarakat Bali, juga diharapkan untuk menjadi pioner gerakan membasmi paham radikalisme dan sikap intoleransi. “Gerakan ini harus disikapi serius dan harus segera diberangus. Apalagi ini mengancam keutuhan negara, dan toleransi antar suku, agama dan kelompok-kelompok diIndonesia,” ujar Koordinator Kelompok GRAK, Nyoman Mardika.

Ia menyatakan, gerakan intoleransi dan radikalisme ini bukan hanya gerakan wacana dan gerakan memasuki ruang politik. Namun, hal ini sudah pada gerakan yang bukan pada umumnya, yakni masuk gerakan radikal ke perguruan tinggi umum.‎

Menanggapi hal ini, Ketua Bali DPRD Provinsi Bali Nyoman Adi Wiryatama, menyatakan, dengan informasi bahwa perpecahan sudah di depan mata, lembaga yang dipimpinnya cukup intens membahas kondisi ini. Adapun mengenai gerakan radikalisme dan intoleran yang berada di kampus-kampus umum (menyebarkan paham radikal), pihaknya berkomitmen untuk melakukan penangkalan sejak dini.

“Kami akan meminta Pemprov Bali serius dan tanggap terhadap hal ini. Dan kami akan memanggil pengurus seluruh kampus di ‎Bali,” tegas Adi Wiryatama.

Pemanggilan itu sendiri, terkait identifikasi dari kelompok GRAK, yang ternyata menunjukkan bahwa gerakan radikal dan intoleran itu tidak lagi menyasar kampus-kampus yang notabenenya berbasis agama. Melainkan, gerakan itu menyasar kampus-kampus umum.

Alasan utamanya, kampus-kampus umum lebih mudah untuk menyebarkan pemahamannya, dan tidak mudah terdeteksi. Berbeda halnya, ketika di kampus berbasis agama, yang mahasiswanya lebih tahu dan sadar mengenai pemahaman agama yang dijejalkan oleh kelompok radikal.

Adi Wiryatama mengaku, bahwa peperangan terhadap radikalisme dan intoleran itu bukan lagi menyoal mengenai terorisme. Akan tetapi, ini menyangkut penggulingan negara Indonesia.

Karena itu, gerakan dari kelompok GRAK ini bukan hanya gerakan kelompok. Namun, merupakan gerakan masyarakat Bali, yang akan menjadi gerakan masyarakat Indonesia dalam menghancurkan gerakan-gerakan radikal.

“‎Yang dimainkan tidak lagi persoalan agama, suku dan ras. Tapi mencoba memainkan negara. Karena itu, gerakan anti radikalisme ini harus menjadi gerakan Nasional,” pungkas Adi Wiryatama, yang juga mantan Sekretaris DPD PDIP Provinsi Bali.