BEI: Pasar Modal Bisa Jadi Tolok Ukur Perekonomian Suatu Negara | Bali Tribune
Bali Tribune, Minggu 01 Desember 2024
Diposting : 5 June 2017 19:53
Arief Wibisono - Bali Tribune
I Gusti Agus Andiyasa
I Gusti Agus Andiyasa

BALI TRIBUNE - Berdasarkan survei Nasional literasi keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2016, baru sekitar 29,66 persen penduduk Indonesia yang memiliki well literate atau melek pengetahuan keuangan.

Tingkat literasi masyarakat Indonesia terhadap pasar modal dan tingkat utilitas produk pasar modal sendiri tercatat masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan 5 industri jasa keuangan lainnya di Indonesia, yakni sekitar 4,4 persen. Begitu diungkapkan PH Bursa Efek Indonesia (BEI) Kantor Perwakilan Denpasar, I Gusti Agus Andiyasa, di sela acara Capital Market Profesional Development Program atau Peningkatan Jumlah Tenaga Profesional di Pasar Modal yang digelar di kantor Perwakian BEI Denpasar, Sabtu (3/6).

“Tujuan diadakannya kegiatan ini antara lain mempersiapkan tenaga profesional dalam memperkenalkan industri keuangan pada masyarakat secara masif, khususnya pasar modal melalui tenaga profesional yang memiliki kompetensi,” ujarnya. Disebutkan, pasar modal merupakan salah satu leading indicator perekonomian di suatu negara atau dengan kata lain, berkembangnya pasar modal bisa dijadikan tolok ukur kemajuan perekonomian suatu negara.

“Tidak bisa dipungkiri jika berkembangnya pasar modal akan mendorong pula kemajuan ekonomi suatu negara serta menjadi tolok ukur perekonomian,” katanya lagi. Meski demikian keterbatasan sumber daya manusia yang kompeten jadi kendala dalam menjaring investor ataupun perusahaan yang tercatat di pasar modal, khususnya Indonesia. “Keterbatasan jumlah SDM yang memiliki pemahaman dan pengetahuan di bidang pasar modal secara langsung mempengaruhi perkembangan pasar modal di Indonesia,” jelas pria yang kerap dipanggil Agus ini.

Namun demikian ia juga menguraikan kondisi pasar modal di Bali saat ini cukup menggembirakan dari data yang dimilikinya, meski terkesan fluktuatif tapi perkembangannya mengesankan. “Jumlah transaksi di Bali dari tahun ke tahun bisa dibilang cukup agresif. Dari Januari hingga April 2017 jumlah transaksi yang tercatat mencapai Rp3.111.816.09 milyar. Sedangkan jumlah Sub Rekening Efek (SRE) di Bali dari Januari hingga April 2017 tercatat 11.036.

Sedangkan pertumbuhan investor (SRE) di Bali hingga April 2017, 878 investor dengan prosentase sekitar 8,64 persen,” tukasnya. Apalagi dengan dibukanya galeri investasi di kampus kampus jelas lebih mengenalkan pasar modal sejak dini bagi para mahasiswa. “Kami anggap dengan dibukanya galeri investasi di kampus kampus bisa menyambungkan pasar modal dari mahasiswa kepada orang tuanya, temannya, saudara atau keluarganya,” tutup Agus.