BALI TRIBUNE - Berdasarkan hasil rapat evaluasi kondisi terkini erupsi Gunung Agung pada Rabu (29/11) pukul 13.00 Wita di EOC (Emergency Operation Centre) Bandara I Gusti Ngurah Rai, memutuskan pukul 15.00 Wita aktivitas penerbangan di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai dibuka.
Kepala Kantor Otban Wilayah IV Denpasar, Herson, menjelaskan dari hasil evaluasi yang dilakukan setiap 6 jam selama aktivitas penerbangan di bandara setempat ditutup sementara sejak Senin (27/11) pukul 07.15 Wita, akhirnya Rabu (29/11) pukul 15.00 Wita kembali beroperasi. Dibukanya operasional bandara telah melalui evaluasi terhadap kondisi cuaca, debu vulkanik Gunung Agung yang ada di sekitar bandara, turunnya Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) dari red ke orange.
"Dari hasil rapat kita menyimpulkan berdasarkan data-data fakta yang ada, pertama dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Volcanic Ash Advisory Centre (VAAC) Darwin, laporan-laporan pilot sejak kemarin dan tadi pagi sampai siang hari ini serta data-data paper test yang ada di selatan dan di barat landasan Bandara Ngurah Rai. Kami menyimpulkan Notam Bandara Ngurah Rai pada pukul 15.00 Wita kami dari Otban mewakili Dirjen Perhubungan Udara, Notam dinyatakan dicabut," paparnya kepada awak media di bandara setempat, Rabu (29/11).
GM PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Yanus Suprayogi mengatakan untuk fasilitas kegiatan penerbangan sudah disiapkan. Sejak operasional bandara dinyatakan dibuka, pihak airline perlu waktu 2 jam untuk mempersiapkan para penumpang. "Proses pemberangkatan pesawat itu AirNav yang akan mengatur. Terkait proses pemberangkatan penumpang kami atur semuanya agar penumpang nyaman," jelas Yanus.
GM AirNav Cabang Denpasar, Eko Setiawan mengatakan jika yang berkaitan dengan proses keberangkatan pesawat telah disiapkan. Proses keberangkatan pesawat, kata dia, pengaturannya sesuai dengan hasil rapat diprioritaskan bagi pesawat yang keluar dari Bandara Ngurah Rai.
"Namun status bandara yang sudah opened kita persilakan untuk keseluruhan terumata untuk yang schedule terkait pesawat yang datang dan berangkat dari sisi ketersediaan slot itu disesuaikan dengan izin rute yang ada. Terkait force majeure itu sudah ada aturannya sendiri. Extra flight dan carter itu prioritas berikutnya. Fasilitas komunikasi navigasi termasuk SDMnya sudah siap 24 jam," terang Eko.
Kepala Stasiun Meteorologi Ngurah Rai, Bambang Hargiyono menginformasikan bahwa melemahnya badai tropis cempaka yang posisinya berada di selatan Pulau Jawa mengubah arah angin di atas wilayah Bali. "Yang tadinya dari utara, timur laut sekarang berubah dari utara mengarah ke tenggara," ungkapnya.
Hal ini, kata Bambang, berdampak pada sebaran abu vulkanik yang awalnya dari timur laut mengarah ke barat daya (ke atas wilayah Bandara Ngurah Rai) dan saat ini berubah dari utara ke selatan (ke laut yang berada di antara laut Bali dan Lombok). Bahkan kecenderungan ke depan akan mengarah ke tenggara. "Kemudian hasil pengamatan di stasiun meteorologi Ngurah Rai terakhir tidak terdapat abu vulkanik, pergerakan abu vulkanik mengarah dari utara ke selatan," bebernya.
Bambang mengatakan, satelit himawari menunjukkan pergerakan abu vulkanik terdeteksi dari utara ke selatan dan kecendrungan ke depannya dari barat laut ke tenggara. Selain itu, informasi VAAC Darwin beberapa waktu ke depan memprediksi arah sebaran abu vulkanik ke tenggara dan 3 hari ke depan sampai 1 Desember 2017 angin di atas wilayah Bali akan dominan dari barat laut ke tenggara maupun dari barat ke timur.
Setelah aktivitas penerbangan bandara dinyatakan mulai beroperasi, pesawat pertama yang melakukan keberangkatan yaitu Wings Air IW 1840 type ATR 72 pukul 16.15 Wita menuju Bandara Abdul Rachman Saleh (Malang) tanpa penumpang. Sedangkan yang mendarat perdana Lion Air JT 990 SUB-DPS pukul 18.07 Wita.