BALI TRIBUNE - Cuaca cerah dalam beberapa hari ini, banyak warga mengabadikan keagungan Gunung Agung dari berbagai wilayah. Termasuk ‘Wajah’ Gunung Agung yang sempat dibidik Photografer Bali Tribune dari Pantai Sanur, Minggu (3/12). Nampak Gunung yang disucikan umat Hindu di Bali ini terlihat sedikit bersembunyi di balik awan, kendati terlihat Nampak tenang namun pihak BMVKG masih menetapkan gunung dengan ketinggian 3.142 meter dari permukaan laut (mdpl) dalam setatus Awas. Zona rawan bencana masih dalam radius 8-10 km dari batas permukaan kawah gunung Agung.
Sejak kemarin hingga hari ini Gunung Agung memang nampak tenang. Tak ada lagi asap kelabu yang disemburkan gunung setinggi 3.142 mdpl tersebut. Kendati begitu, Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Devy Kamil Syahbana menjelaskan, meski nampak tenang, namun dari hasil pemantauan satelit efusi lava masih terus terjadi.
"Pemantauan kami dari satelit pertumbuhan lava di dalam kawah masih terus berlangsung. Oleh karena itu, kita harus siap siaga, berjaga, jangan lengah, karena potensi untuk terjadinya letusan masih ada meskipun tidak bisa dipastikan kapan akan terjadi," tutur Devy.
Deby menyebut asap kelabu yang tak lagi nampak bukan berarti gunung setinggi 3.142 mdpl itu berhenti meletus. Jik mengacu pada pengalaman dari gunung api lain di dunia, Devy menyebut ketika lava sedang bertumbuh memang yang nampak hanya asap putih di permukaan kawah.
"Karena dia berupa material magma yang fresh. Jadi, stream dari magma. H20, salah satugas yang dikandung magma ketika dia berinteraksi dengan udara di sekitarnya akan berwarna putih," jelas Devy. Sementara jika gas tersebut sudah terfragmentasi, terpecah, maka gas tersebut akan berubah warna menjadi kelabu atau kehitaman.
Asap putih yang membumbung setinggi 1.500-2.000 meter berbeda dengan asap putih yang teramati ketika masa krisis September-Oktober lalu. "Kalau dulu asap putih ini teramati ketika magma belum sampai ke permukaan. Kalau sekarang kan magma sudah sampai ke permukaan," tuturnya. Devy menyebut meski nampak tenang, sesungguhnya Gunung Agung masih terus erupsi.
Ia menjelaskan, ada dua tipe erupsi yakni erupsi efusif dan erupsi eksplosif. Erupsi eksplosif terjadi jika asap kelabu ke luar dari kawah seperti yang terjadi beberpa waktu lalu. "Bahkan asap kelabu itu teramati hingga ketinggian 4.000 meter di atas punck kawah," ujarnya.
Sedangkan yang dinamakan erupsi efusif yakni berupa aliran lava yang naik ke permukaan. "Bisa jadi kita tidak melihat asap di sekitarnya. Ini yang terjadi adalah efusi lava, artinya erupsi yang bersifat efusif yang menghasilkan lava ke permukaan kawah Gunung Agung," papar dia.
"Saat ini Gunung Agung masih dalam fase erupsi. Dia tetap erupsi, bukan berhenti. Fase erupsi efusif. Ke depan kita terus monitor apakah dia akan bertransisi ke fase aktivitas yang lebih eksplosif atau tidak. Tapi untuk saat ini, karena erupsi masih berlangsung status masih dipertahankan di level IV (awas)," Tutupnya.