Bupati Eka Tebar 15 Ribu Benih Ikan Nila di Desa Kediri | Bali Tribune
Diposting : 13 February 2018 22:03
Komang Arta Jingga - Bali Tribune
ikan nila
TEBAR - Bupati Eka menebar 15 ribu benih ikan nila di kubangan bekas galian bata di Banjar Sema, Desa Kediri, Kecamatan Kediri, Tabanan.

BALI TRIBUNE - Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti didampingi anggota DPRD Tabanan, OPD Tabanan, Perbekel dan tokoh masyarakat menebar sebanyak 15 ribu benih ikan nila di kawasan Banjar Dinas Sema, Desa Kediri, Kecamatan Kediri, Tabanan, Senin (12/2). Aksi tebar benih ikan nila tersebut merupakan salah satu langkah jangka pendek untuk mengantisipasi perkembangbiakan jentik nyamuk di kubangan tersebut, yang sebelumnya merupakan bekas galian batu bata warga.

Bupati Eka dalam sambutannya berharap dengan adanya kegiatan tebar benih ini dapat mengurangi jentik nyamuk. Dikatakan bahwa kesehatan dan keamanan warga  menjadi hal utama yang harus dipikirkan dalam melakukan kegiatan jangka pendek maupun jangka panjang. Maka dari itu semua pihak harus bersama-sama menjaga lingkungan, sehingga lingkungan menjadi bersih, aman dan tidak membahayakan. “Ini adalah salah satu fenomena alam, akibat hujan yg berkepanjangan. Karena hujan deras, bekas galian warga menjadi seperti danau buatan. Banyaknya jentik-jentik nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit. Dengan adanya penyebaran ikan nila ini diharapkan dapat mengurangi jentik-jentik nyamuk, karena yang paling penting saat ini adalah kesehatan dan keamanan masyarakat, ” ungkapnya.

Selain jangka pendek, Bupati Eka juga berharap kegiatan jangka panjang menjadi hal penting dengan tetap mengacu pada kesehatan dan kemanan masyarakat.  Menurutnya rencana jangka panjang seperti penanaman/penghijauan dan penataan pohon perlu dipikirkan. “Kita harus bisa membuat kawasan ini menjadi kawasan yang tidak kumuh, aman dan juga ke depannya tidak menutup kemungkinan tempat ini bisa menjadi tempat hiburan rakyat. Ke depan bisa dilakukan penghijauan, penanamaan, penataan dan lain sebagainya,” harapnya.

Pihaknya juga menambahkan diperlukan adanya standarisasi atau Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam galian sehingga dapat mencegah ha-hal yang tidak diinginkan seperti genangan air, kubangan bahkan terjadinya ‘danau buatan’. “Kalau kita menggali dampaknya akan ada gangguan estetika yang berhubungan dengan alam, jadi harus ada pemikiran atau standarisasi bagaimana setiap selesai galian dilakukan penataan kembali untuk mengembalikan ke struktur alam semula, kecuali mau dibuat fungsi lain,” ujarnya.

Perbekel Desa Kediri I Nyoman Poli menjelaskan musim kemarau dan hujan yang terjadi selama 2 tahun belakangan telah membuat tanah bekas galian warga  itu menjadi ‘danau buatan’. “Tanah tersebut merupakan tanah beberapa warga, yang merupakan bekas galian batu bata. Setelah melakukan diskusi dengan pemerintah melalui dinas perikanan, DLH, dan lainnya kami sepakat untuk melakukan penebaran 15 ribu benih ikan nila untuk memutus siklus nyamuk,” jelasnya.