Dirumahkan Akibat Dampak Covid-19, Pekerja Pariwisata Buka Usaha di Kampung | Bali Tribune
Diposting : 22 October 2020 20:15
Putu Agus Mahendra - Bali Tribune
Bali Tribune / Salah seorang karyawan restoran yang dirumahkan I Gede Edi Indrawan (29) yang kini banting stir membuka warung kuliner di kampung untuk menopang perekonomian keluarga.

balitribune.co.id | Negara - Kendati pandemi covid-19 yang sudah berlangsung delapan bulan terkahir yang berdampak hampir disegala sektor kehidupan, namun tidak mematikan semangat masyarakat untuk tetap produktif. Tidak sedikit warga terdampak covid-19 yang justru jadi lebih kreatifitas dan inovatif.

Sejak pandemi covid-19 mewabah mulai Maret lalu, dampaknya dirasakan di berbagai sektor kehidupan termasuk salah satunya sektor pariwisata. Banyak warga Jembrana yang sebelumnya menggantungkan hidupnya dari sektor pariwisata kini lebih memilih pulang sekaligus mencoba berbagai aktivitas bisnis untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Meski mengalami PHK, justru mereka melihat banyak celah dan peluang untuk tetap produktif agar perekonomian tetap berputar. Berbekal pengalaman di sektor pariwisata yang mereka geluti, barbagai inovasi dan kreatifitas dilakukan. Seperti salah satunya yang kini dikembangkan oleh salah seorang mantan pekerja salah satu restoran di Badung, I Gede Edi Indrawan (29).

Warga Banjar Ketiman, Desa Manistutu, Kecamatan Melaya yang baru merantau beberapa bulan mengaku harus pulang kampung setelah di rumahkan lantaran tempat usaha bekerja menghentikan operasional akibat tidak ada tamu (wisatawan). Suami dari Gusti Ayu Ria Rosa Oktami yang memiliki dua orang anak ini pun mengaku perekonomian keluarganya terpuruk sehingga sebagai tulang punggung keluarga, ia harus memutar otak agar bisa tetap menghidupi dan memenuhi kebutuhan keluarganya.

Berbekal pesangon yang diberikan perusahaan, ia pun mencoba mengembangkan keahlian yang dimilikinya. "Saya kerja di sana sejak Desember 2019. Namun sejak virus corona restoran tutup sejak Maret 2020. Bersyukur dapat pesangon sekali gaji bisa dipakai tambahan modal usaha," tuturnya. Awalnya ia saat awal kembali ke kampung halaman bersama keluarga kecilnya, pada bulan Maret lalu sempat mencoba berjualan di Pasar Tegalcangkring, Mendoyo yang jaraknya puluhan kilometer dari rumahnya.

Namun karena istrinya melahirkan anak keduanya, akhirnya ia banting stir untuk membuka usaha kecil-kecilan. Melihat potensi pembeli di kampungnya yang minim pedagang kuliner, sejak Galungan lalu, ia membuka warung kuliner di depan rumahnya. Dengan keahliannya memasak, ia dibantu istrinya sudah sebulan lebih berjualan masakan seafood seperti capcay, nasi goreng hingga kuliner tradisional seperti bakwan (soto khas Bali), lontong tahu, berbagai minuman di rompyokan di pinggir jalan desa.

"Saya jualan di rumah sekalian merawat ayah yang sakit," kata putra pertama dari Ketut Sutama dan Ni Made Suastini ini. Ia pun mengaku pembeli yang merupakan penduduk perkampungan setempat sangat tinggi sehingga menopang perekonomian keluarganya. Dengan berjualan di rumah katanya dia mendapatkan omset rata-rata  Rp 900 ribu. "Ya bersihnya dapat Rp 300 ribu. Ya tergantung situasi juga," jelasnya. Ia pun mengajak warga lainnya untuk jeli melihat peluang agar tetap produktif ditengah pandemi.