Harga BBM Belum Naik, Harga Kebutuhan Pokok di Pasaran Makin Meroket | Bali Tribune
Diposting : 24 August 2022 16:43
AGS - Bali Tribune
Bali Tribune / PEDAGANG - Aktivitas pedagang sembako di Pasar Amlapura Timur.

Amlapura - Harga BBM bersubsidi yakni Pertalite dan Bio Salar belum lagi dinaikkan, namun isu kenaikkan harga BBM ini cukup membuat gundah pedagang dan pembeli yang melakukan aktifitas jual beli di pasar tradisional di Karangasem, salah satunya pedagang di Amlapura Timur, Karangasem.

Sejumlah pedagang di pasar senteral di Bumi Lahar Karangasem ini mengaku khawatir kenaikkan harga BBM bersubsidi jika pemerintah jadi menaikkannya pada awal September 2022 mendatang, bakal memicu terjadinya inflasi yang cukup tinggi, utamanya pada harga kebutuhan pokok, seperti beras, minyak goreng, bumbu dapur, gula, termasuk telur dan daging ayam.

Menurut pedagang, harga BBM belum dinaikkan saja, harga kebutuhan pokok sudah melambung apalagi jika BBM bersubsidi jenis Solar dan Pertalite betul-betul dinaikkan, itu akan membuat lonjakan harga kebutuhan pokok akan makin sulit dikendalikan.

“Sekarang saja harga kebutuhan pokok kayak telur, minyak goreng, tepung dan lainnya sudah melambung apalagi nanti kalau BBM naik? Telur ayam saja lah pak! Sekarang saja harganya sudah sampai Rp. 56 ribu pertray-nya yang ukuran besar!” sebut Ni Made Suryati, salah satu pedagang telur dan sembako di Pasar Amlapura Timur, kepada awak media Rabu (24/8).

Lanjut soal harga telur ayam, diakuinya harga pertray-nya isian 30 butir, makin hari terus saja meningkat. Terakhir naik cukup signifikan pada pekan lalu, dimana untuk telur ayam besar (TB) awaalnya hanya sebesar Rp. 50.000 pertray, sekarang naik menjadi Rp. 56.000 pertray. Sedangkan untuk telur ayam super dari awalnya sebesar Rp. 58.000 pertray sekarang sudah naik menjadi Rp. 60.000 pertray.

“Kalau telur ayam yang super, saya tidak pernah nyari karena harganya mahal! Paling saya hanya nyari yang TB dan ukuran sedang,” bebernya. Selain harganya yang terus memroket, saat ini dia dan pednagang lainnya mulai kesulitan menjual telur ayam, karena warga atau pembeli mengurangi membeli telur dan beralih ke sumber protein lainnya, seperti tempe dan tahu.

“Sepi pembeli sekarang pak! Kalau dulu sehari bisa habis 20 tray, nah sekarang paling banyak lima tray. Tuh liat telur saya masih banyak,” kesahnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh pedagang sembako lainnya, Ni Nyoman Karyani. Diakuinya jika harga telur ayam, sayur mayur dan jenis bumbu dapur lainnya saat ini terus mengalami kenaikkan. “Kami sulit jualnya pak, karena mahal. Selain itu sekarang agak sepi karena pembeli mengurangi nyari telur, cabai, bawang, dan jenis bumbu dapur lainnya,” ucap Karyani.

Saat ini bahkan harga telur ayam pertray-nya malah lelbih mahal dari harga daging ayam. Dimana harga daging ayam saat ini perkilonya dijual seharga Rp. 45.000, atau harganya turun sebesar Rp. 5000 dari harga sebelumnya Rp. 50.000 perkilo.