Ibu Bayi Penderita “Hisprung” Bingung | Bali Tribune
Diposting : 6 August 2016 10:10
Valdi S Ginta - Bali Tribune
RSUP Sanglah
Febriani Hake di pangkuan ibunya.

Denpasar, Bali Tribune

Raut kegelisahan dan bingung tampak jelas dari guratan wajah Fatimah Soetifanik (21), ibu kandung dari Febriani Hake--bayi penderita hisprung (gangguan penyerapan pada usus). Akibat penyakit ini, buah hatinya terpaksa menjalani operasi untuk ketiga kalinya di RSUP Sanglah Denpasar.

Belum juga bayinya sembuh, ibu muda ini sudah terbebani oleh biaya perawatan buah hatinya yang mencapai angka ratusan juta rupiah. Kondisi ini menjadi kian sulit lantaran suaminya hanyalah seorang karyawan di salah satu hotel di Jimbaran.

Saat ditemui di Ruang Cempaka RSUP Sanglah, istri dari Yohanes Lemalaba ini menceritakan bahwa bayinya yang berjenis kelamin perempuan itu terlahir secara normal di RS Jimbaran pada tanggal 7 Juni lalu. Karena melihat kondisi bayinya tampak sehat, keesokan harinya ia pun memutuskan untuk merawat buah hatinya itu di kediamannya, di Jalan Tukad Pungut, Jimbaran, Badung.

Namun, pada sore harinya sekitar pukul 20.00 Wita, Fatimah bersama suaminya terpaksa kembali membawa bayinya ke RS Jimbaran karena belum bisa mengeluarkan kotoran sehingga terus-terusan menangis. Saat itulah mereka tahu jika anak pertamanya itu mengalami gangguan penyerapan pada usus.

Melihat kondisi bayinya seperti itu, para petugas medis di rumah sakit itu pun memutuskan agar Febriani Hake dirujuk ke RSUP Sanglah. Sesampai di RSUP Sanglah, buah hatinya langsung dirawat di ruang NICU. Sebelum dilakukan operasi, pihak dokter membuat kolostomi pada bagian perut sang bayi sebagai saluran pembuangan sementara. Namun karena terkendala biaya, Fatimah dan suaminya pun terpaksa  memulangkan bayinya dalam kondisi yang belum normal.

“Sebelumnya, Feberiani dirawat satu minggu di sini (RSUP Sanglah-red), tapi karena kami tidak punya uang, terpkasa kami pulangkan,” saat ditemui Kamis lalu.

Pada tanggal 23 Juni, buah hatinya itu kembali dilarikan ke RSUP Sanglah karena kondisinya semakin parah. Keesokan harinya yakni pada tanggal 24 Juni, pihak medis di rumah sakit rujukan terbesar untuk wilayah Bali-Nusra itu langsung melakukan tindakan operasi yang pertama. Kemudian dilanjutkan operasi yang kedua pada tanggal 1 Juli. Namun operasi yang kedua ini tidak berhasil lantaran ususnya mengalami entrokolitis (infeksi ada usus).

“Beberapa hari yang lalu sudah dilakukan operasi yang ketiga. Saat ini masih menunggu HB-nya normal untuk dilanjutkan operasi yang keempat,” katanya.

Untuk biaya perawatan selama di RSUP Sanglah, ia mengaku memakai jalur umum karena BPJS Ketenagakerjaan milik suaminya tidak untuk menanggung istri dan anak. Selain itu, pasangan suami istri ini juga tidak dapat mengurus kartu BPJS karena belum memiliki kartu keluarga.

“Biaya perawatan selama ini jumlahnya sampai Rp103 juta. Kami baru bisa membayar Rp4 juta saja,” katanya sembari menatap buah hatinya.