Inovasi Pengemasan Kopi Tingkatkan Pemasaran | Bali Tribune
Diposting : 27 June 2018 13:17
Agung Samudra - Bali Tribune
TUNJUKKAN - IB Santosa menunjukkan produk kopi dalam berbagai kemasan.
BALI TRIBUNE - Tidak hanya menjaga kualitas rasa kopi, namun pengemasan kopi menjadi salah satu point yang diperhitungkan oleh IB Santoso, yang notabene pengusaha kopi asal Banjar/Desa Demulih, Kecamatan Susut, Bangli. Pria yang juga terjun didunia politik ini mengkemas produk kopi yang berlebel Kopi Nini dibuat dalam berbagai ukuran dan variasi souvenir.
 
IB Santosa mengatakan produk kopi hasil olahan meliputi kopi robusta, arabika, serta kopi luwak. Kemudian pemasaran lebih banyak disentral/kawasan pariwisata, seperti seperti Ubud, Batubulan, Tampak Siring, Kuta, Sanur, hingga Tanah Lot. Serta gerai pemasaran ada di beberapa bandara seperti Bali, Jakarta, Surabaya, Lombok. Disinggung terkait eksport, mantan anggota DPRD Bangli ini mengatakan pemasaran baru sampai di Singapura, Jerman. “Eksport belum banyak, kebanyakan wisatawan asing datang langsung ke tempat pengolahan kami, dan selain itu untuk ekspor kopi dibatasi, proses pun ketat,” ungkapnya, Selasa (26/6).
 
Diakui pihaknya sering berinovasi pada kemasan produk kopi. “Kwalitas kopi yang premium, untuk pengemasan juga harus premium. Bisa dibilang kemasan untuk mewakili isinya,” ujarnya. Pihaknya pun melihat situasi dipasaran, tak jarang kemasan yang dinilai bagus malahan kurang dimanati pasar. “Dari awal bergelut di handicraft, dan kemasan tidak hanya menggunakan plasitk namun ada pula yang memanfaatkan kayu. Kayu dibentuk menjadi kotak lengkap dengan ukiran yang mencirikan produk Bali. Kami pun membuat kemasan berbagai ukuran mulai dari 10 gram hingga 250 gram,” sebutnya.
 
Untuk memenuhi permintaan pasar yang diakui kini cukup bagus, IB Santosa lebih banyak mendatang dari wilayah Kintamani. Kemudian untuk produk kopi luwak, pihaknya memelihara sendiri luwak yang jumlah hingga 600 ekor. Dikatakan luwak tersebut ada yang dititipkan di tetangga untuk dipelihara. “Kopi luwak kami bisa dijamin, karena memang dihasilkan dari luwak yang kami pelihara bersama dengan warga sekitar. Untuk sementara ada sekitar 60 pekerja yang kami ajak,” jelas IB Santosa.
 
Dikatakan pula untuk saat ini pihaknya baru mengelola 1-2 ton kopi mentah dalam sebulan. Dari jumlah tersebut kopi yang diolah tersebut untuk kopi luwak 500 kilogram. Pihaknya sendiri ingin mengembangkan dipasar local, seperti saat ini ngopi sudah bagian dari gaya hidup, penikmat menikmati kopi dalam berbagai varian dan tentu didukung dengan suasana yang nyaman. “Sementara untuk penjualan online belum kami garap, bila sudah mampu produksi massal baru kami pasarkan secara online,” jelasnya.