Kampus di Bali Tak Terpengaruh Radikalisme | Bali Tribune
Diposting : 20 October 2018 10:26
redaksi - Bali Tribune
Kolonel Inf Ketut Budiastawa
BALI TRIBUNE - Kepala Perwakilan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Provinsi Bali Kolonel Inf Ketut Budiastawa mengatakan sejauh ini kampus-kampus di Pulau Dewata belum ada yang terpengaruh paham-paham radikal.
 
"Sementara ini, semua kampus yang ada di Bali saat ini masih aman dari ancaman radikalisme, walaupun gejala-gejala, upaya-upaya selalu berusaha masuk ke kampus. Itu sudah terbaca, Kapolda sudah memonitor, pemda melalui Kesbangpol juga sudah memonitor itu," katanya di sela-sela menjadi pembicara pada Sarasehan Pemberdayaan Pertahanan di Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar, Jumat (19/10).
 
Menurut Budiastawa, gejala dan upaya radikalisme masuk kampus memang selalu ada, tetapi untungnya sampai detik ini belum ada keterpengaruhan kampus terhadap paham tersebut.
 
Gejalanya, lanjut dia, dapat dilihat dari sejumlah hal yakni biasanya kelompok-kelompok tertentu mulai memicu perpecahan dan perbedaan dengan norma-norma yang telah ada di masyarakat.
 
Kedua, perbedaan itu mulai direalisasikan dalam bentuk menyampaikan demonstrasi-demontrasi yang intinya melawan kebijakan kampus maupun kebijakan pemerintah.
 
"Ketiga mulai membenturkan agamanya dengan kepercayaan orang lain, menganggap agamanya lebih baik dari agama orang lain. Nah, di Bali kita harapkan tidak ada yang seperti ini," ucapnya.
 
Untuk mencegah masuknya paham radikal, Polda Bali, TNI, Pemerintah Provinsi Bali dan kabupaten/kota se-Bali telah memontor kampus-kampus yang ada, selain menggencarkan sejumlah upaya preventif.
 
"Di antaranya dengan pembinaan secara langsung dan tidak langsung melalui kegiatan ibadah bersama, sarasehan, seminar-seminar, simakrama (silahturahmi) dengan tokoh-tokoh agama, ngopi bareng, dan nonton bareng. Termasuk Pesta Kesenian Bali merupakan upaya untuk mencegah itu, sehingga timbul kebersamaan," ujarnya.
 
Di samping itu, perwakilan Kemenhan juga selalu bersinergi dengan Pangdam, Kapolda, dan pemerintah provinsi, kabipaten/kota di Bali.
 
Ketika misalnya ditemukan indikasi perkembangan radikalisme, aparat ditegaskan tak akan memberikan toleransi dan melaporkan kepada pihak terkait.
 
"Kami adakan sarasehan ini pun adalah bentuk preventif, sebab Menwa (resimen mahasiswa) adalah potensi yang akan berperan dalam menjaga ketertiban kampus, sehingga harus terus dibina," tutur Budiastawa.
 
Pandangan senada disampaikan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Unhi Denpasar Dr Wayan Muka. Pihaknya ke depan berkomitmen akan menguatkan pemahaman bela negara dan wawasan kebangsaan di kalangan kampus, membentengi mahasiswa dari pengaruh-pengaruh radikal maupun berita bohong.
 
"Pendidikan bela negara itu sangat penting dihadirkan di kalangan mahasiswa. Negara kita yang luas ini, peran mahasiswa sangatlah besar. Generasi milenial adalah emas dan tunas bangsa, sehingga perlu kita pelihara. Jangan sampai disusupi hal negatif seperti berita bohong dan juga yang paling krusial radikalisme. Kalau ada kita berangus," ucapnya.
 
Pada kegiatan perdana tersebut, sarasehan bela negara memang masih ditujukan untuk kalangan Menwa. Ke depan akan diagendakan menyasar kalangan mahasiswa secara umum.
 
"Sarasehan ini dilatarbelakangi karena kami ingin melakukam pembinaan kepada Menwa Unhi, tapi kemudian disarankan mengundang seluruh Komandan Menwa di Bali. Nanti kami akan ditindaklanjuti agar bisa diproyeksikan menyasar semua kalangan," ujarnya.