Kemesraan Jokowi-Golkar | Bali Tribune
Diposting : 25 May 2018 20:56
Mohammad S. Gawi - Bali Tribune
Bali Tribune
BALI TRIBUNE - Kemesraan Presiden Jokowi dengan Golkar belakangan ini bukan relasi politik biasa. Bermula dari tagline Gojo (Golkar untuk Jokowi) yang ditebar ke publik dalam bentuk film-film pendek, kini satu lagi signal politik semakin menjelaskan makna kedekatan itu. Ali Mochtar Ngabalin yang mendadak diangkat sebagai staf ahli komunikasi Presiden telah secara sempurna menunjukan bahwa Jokowi sedang mencari "perlindungan" dari sebagai tekanan, termasuk dari PDIP.
 
Setidaknya ada tiga pesan politik yang sedang dikemas rapi dari selubung istana. Pertama; ketegaran Presiden Jokowi mempertahankan Airlangga Hartarto, Ketua Umum DPP Partai Golkar untuk tetap dalam kabinet, meski mendapat tekanan dari berbagai pihak tentang konsistensi Jokowi yang sebelumnya 'mengharamkan' rangkap jabatan. Fakta ini menunjukan Jokowi menaruh harap besar kepada Golkar sehingga posisi Politik Airlangga baik sebagai menteri maupun sebagai Ketua Golkar dibiarkan untuk tetap kokoh ketika dibutuhkan.
 
Kebutuhan Jokowi terhadap Golkar memenuhi kaidah politik rasional. Mengapa? Golkar adalah partai nomor 2 pemenang Pemilu 2014 dengan mengantongi 18.432.312 suara (14,75 persen). Kekuatan ini dahsyat dijadikan pilar pemenangan pada Pilpres 2019. Untuk itulah Airlangga dibiarkan menjadi anak emas, satu-satunya Ketua Partai yang diperkenankan tetap menjabat menteri.
 
Kedua; masuknya Ngabalin ke dalam ring satu Istana, padahal pada Pilpres 2014 lalu, tokoh Islam asal Papua yang terkenal militan ini, adalah salah satu singa Prabowo yang sempat mengobok-obok pertahanan kubu Jokowi. Dengan menjadikan dia sebagai pilar istana, Jokowi telah mengunci Golkar untuk tetap bersama dimana Ngabalin dianggap salah satu pendatang baru yang cukup kuat dalam tubuh beringin.
 
Mengunci Golkar melalui Ngabalin, sekaligus memperlemah daya tarung kubu Prabowo di bidang komunikasi publik dan menarik gerbong masa Islam garis keras untuk masuk dalam barisan pendukung Jokowi pada Pilpres 2019. Untuk itulah, Ngabalin langsung menunjukan kemampuannya membela Jokowi dengan gaya komunikasi khasnya saat berhadapan dengan Fadli Zon di TVOne semalam.
 
Ketiga; kedekatan Jokowi dengan Golkar juga berarti membangun pilar untuk menghadapi situasi darurat ketika PDIP sebagai pimpinan koalisi Parpol pendukung Jokowi "memaksa" didampingkan dengan Capres pilihan Megawati, misalnya Puan Maharani.
 
Sayup-sayup terdengar Megawati sejak jauh hari sudah mempersiapkan Puan sebagai pendamping Jokowi untuk meneruskan trah Soekarno dalam pentas politik Nasional meski melalui "kawin paksa" jika ada pihak yang tidak berkenaan.
 
Jika Jokowi tidak tunduk kepada kehendak 'ibu'nya Megawati ketika itu, maka dia harus mencari tempat berlindung yang sepadan dari terkaman banteng. Tempat yang sepadan itu adalah di bawah beringin.
 
Inilah tiga pesan terselubung yang dapat dikuak dari kedekatan Jokowi dengan Golkar. Kepada publik, tulisan ini bermanfaat setidaknya untuk mengikutkan masyarakat dalam memaknai pesan-pesan politisi, yang sering dikemas secara terselubung dalam bahasa angka, warna, gerak dan suara.