Normalisasi Sungai Tak Menjamin Cegah Banjir, Perilaku Masyarakat Sekitar Jadi Sorotan | Bali Tribune
Diposting : 12 April 2018 17:59
Putu Agus Mahendra - Bali Tribune
sampah
BENDUNGAN SAMPAH - Pintu Air Bendung I Banyubiru tertimbun sampah pasca banjir Selasa, tampak seorang petugas berusaha membersihkan timbunan sampah tersebut, Rabu (11/4).

BALI TRIBUNE - Selain persoalan sanitasi lingkungan pada permukiman warga yang tergenang banjir yang melanda sejumlah desa/kelurahan di Kota Negara, Selasa (10/4) sore, juga menyisakan permasalahan pada alur sungai. Pintu air (dam) pada sejumlah bendung di Kota Negara yang sempat meluap kini tersumbat timbunan sampah.

Seperti yang tampak pada Bendung I Banyubiru di Banjar Kaliakah, Negara, Rabu (11/4). Pasca meluapnya Tukad Rumojo, bendung irigasi ini tampak nyaris tertutup oleh timbunan sampah.

Sekitar 5 ton sampah menyumbat pintu air di bendung yang berada tidak jauh dari permukiman warga ini. Sampah-sampah kayu yang terbawa oleh luapan air setelah hujan deras mengguyur lebih dari dua jam pada Selasa sore kini memenuhi 5 pintu Bendung.

Salah seorang petugas dari Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Perumahan Kawasan Permukiman (PUPRPKP) Kabupaten Jembrana tampak berusaha membersihkan timbunan sampah yang tersangkut dipintu air tersebut. Puluhan tanaman yang ada di perswahan Subak Baluk disekitar bendung ini terancam gagal tanam. Selain merebahkan hektaran tanaman padi, tanaman cabai disisi barat bendung hingga Rabu kemarin juga tampak masih tergenang air. Begitupula pada pekarangan rumah warga yang sempat tergenang banjir setinggi lebih dari 1 meter akibat luapan air Tukad Remojo juga masih tampak becek dan dipenuhi lumpur serta sampah. Sumur yang merupakan sumber air bersih warga kini airnya belum bisa dimanfaatkan karena tercemar dan berbau.

Penjaga Bendung Banyubiru I, I Ketut Wastika (50) mengatakan banjir yang terjadi setelah hujan deras lebih dari dua jam itu merendam permukiman warga di sisi Utara (Barat dan Timur) yang pinggiran sungainya tak dibentengi dengan senderan atau tanggul. Sedangkan pemukiman warga yang berada di sisi Selatan tidak terkena banjir karena pinggiran sungainya sudah disender.

Menurutnya, air meluap pukul 16.00 Wita dan mulai surut setelah pukul 20.00 Wita. Pendangkalan sungai yang terjadi selama ini menurutnya diperparah dengan perilaku warga yang membuang sampah di sekitar daerah aliran sungai sehingga menjadi penyebab meluapnya air sungai setiap hujan deras mengguyur beberapa jam seperti Selasa siang. "Kalau timbunan sampahnya sebanyak ini, ya sehari atau dua hari baru bisa dibersihkan dengan dua orang tenaga. Mungkin karena sungai Remojo ini mengalami pendangkalan, selain itu di sisi Utara tanggul sungai dipenuhi oleh sampah-sampah yang dibuang oleh warga sekitar. Makanya setiap hujan deras datang pasti terjadi banjir," ungkap pegawai Dinas PUPRPKP ini.

Kepala Dinas PUPRPKP Kab Jembrana I Wayan Darwin mengatakan setelah pihaknya bersama Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida beberapa kali turun memantau dan mengkaji permasalahan banjir yang kerap terjadi di Banjar Kaliakah, Negara ini, solusi pelebaran dan normalisasi sungai tidak menjamin akan bisa mencegah banjir dikawasan ini.

Menurutnya, yang lebih efektif adalah faktor utama penyebab banjir yang perlu dirubah. “Yang perlu dilakukan untuk mencegah banjir musiman ini ya merubah perilaku warga setempat yang kerap membuang sampah di sekitar sungai. Sekarang tergantung bagaimana peran Desa setempat, apalagi mereka kan sudah sempat mengikuti studi banding ke Kota Surabaya terkait pengelolaan sampah. Tinggal itu saja diterapkan," tandasnya.