Pasca Pasar Hewan Tutup, Pendapatan Puluhan Juta Hilang | Bali Tribune
Diposting : 26 August 2022 06:04
SAM - Bali Tribune
Bali Tribune / SEPI - Suasana Pasar Hewan Kayuambua di Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli saat ditutup.

balitribune.co.id | Bangli - Merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK) berimbas ditutupnya Pasar Hewan Kayuambua di Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli, sejak 5 Juli 2021. Penutupan tersebut juga berimbas pada pendapatan daerah dari retribusi, tercatat hingga akhir bulan Agustus diperkirakan pendapatan yang hilang Rp 33.320.000.

Selain itu, masyarakat juga banyak mengalami kerugian karena anjloknya harga sapi. Humas Satgas Penanggulangan PMK Kabupaten Bangli I Wayan Dirgayusa mengatakan, Pasar Hewan Kayuambua sampai saat ini belum dibuka, karena masih menunggu rekomendasi dari Satgas Propinsi Bali. "Sesuai arahan yang diterima Satgas Kabupaten Bangli, pasar hewan akan dibuka setelah ada rekomendasi dari Satgas Provinsi Bali," ungkapnya, Kamis (25/8).

Selain belum dibuka pasar hewan, mobilisasi ternak juga belum dibuka. Tidak dipungkiri pendapatan daerah yang bersumber dari retribusi Pasar Hewan Kayuambua selama hampir dua bulan terakhir menjadi hilang. Mengacu data dari Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Kabupaten Bangli, diestimasi pendapatan yang hilang dari  penutupan pasar hewan Kayuambua sejak 5 Juli sampai menjelang akhir bulan Agustus sekitar Rp 33.320.000. "Pasar hewan biasa beroperasi tiga hari sekali. Pada bulan Juli diperkirakan ada 9 kali pasaran dan sampai 22 Agustus ada 8 kali pasaran. Jadi total dari 5 Juli sampai bulan Agustus ada 17 kali pasaran dengan perkiraan jumlah penerimaan mencapai Rp 33.320.000," sebutnya. 

Kerugian yang dialami masyarakat juga cukup banyak. Pasalnya, harga jual ternak warga yang terpapar PMK menjadi jeblok. "Seperti halnya pengurangan harga terhadap pembelian sapi di delapan kasus yang terpapar PMK untuk dilakukan pemotongan," ungkap Dirga Yusa.